Minggu, 14 April 2024

Kenangan Puasa dan Lebaran Tahun lalu, ---Kami Bisa Melewatinya! :)

Ramadan dan Idul Fitri tahun 2023 kemarin adalah puasa dan Lebaran pertamaku dan Shane di rumah baru kami. Meski sudah lewat tapi aku putuskan untuk menulisnya di sini supaya bisa dibaca-baca kembali. ---Karena banyak pelajaran yang bisa aku dan Shane ambil dari pengalaman kami :) 




Waktu masih pacaran dan tahun pertama menikah kami menjalankan puasa di rumah orangtua. Shane masih clueless sekali dengan apa itu Ramadan dan segala tradisinya, hehe. Tahun berikutnya kami pindah ke apartemen sendiri dan di sanalah kami mulai memiliki "ritme"  sendiri, ---punya restoran langganan untuk berbuka dan sahur, punya tontonan yang selalu menemani saat sahur, sampai punya tempat favorit buat ngabuburit. Pokoknya Ramadan saat tinggal di apartemen itu sangat mudah, segalanya tersedia 24 jam. Nggak ada tuh pengalaman kesiangan sahur karena belum dapat makanan, ---anytime kami perlu semuanya ada :)





Puasa 2023: Sempat nangis, sempat sahur di waktu "semaunya".


Semenjak kami pindah, tentu adaptasi harus dimulai kembali. Kami sekarang tinggal di perumahan tapak yang kalau malam datang terasa banget "malamnya", beda dengan di apartemen yang di lobby nya selalu ada yang jaga dan lingkungan sekitarnya nggak pernah tidur. Meski tepat di samping rumah kami ada cafe yang bisa dijadikan alternatif kalau nggak masak atau saat susah dapat ojol untuk delivery order, tapi itu hanya untuk waktu berbuka puasa saja karena mereka tutup di malam hari.


Supaya kami "siap", aku bilang sama Shane kalau kami harus berbelanja bahan makanan banyak-banyak, ---makanan kaleng kalau perlu supaya nggak perlu khawatir kalau subuh-subuh susah cari makanan. Dulu kami selalu berbelanja di supermarket Yogya via delivery, dan syukurlah di tempat kami yang sekarang juga ada supermarket yang sama. Eh tapi ternyata... di cabang sini produk makanannya nggak lengkap, hanya ada sayuran, buah, dan makanan instan dengan merk-merk yang di mini market pun ada (jadi ngapain pesan dari supermarket coba, huhu). Jangankan merk-merk vegan seperti di tempat kami dulu yang punya rak besar khusus, sekedar sereal dan susu alternatif dairy free saja nggak ada x"D Padahal dari segi jarak, rumah kami yang sekarang hanya 40 menit saja lho dari rumah orangtua dan aparteman lama kami :')


"Drama" pun dimulai saat sahur. Di jam-jam segitu kami nggak punya energi untuk masak jadi selalu memilih untuk delivery order saja. Kalau dulu kami bisa santai-santai baru pesan makanan waktu mendekati imsak, sekarang jam 2 subuh sudah harus mencari restoran yang buka dan driver ojol yang mau mengambil pesanan kami. Somehow di sini kalau subuh driver yang tersedia nggak sebanyak di tempat lama. Ada kalanya kami baru dapat saat sudah mepet atau bahkan setelah adzan. Dan nggak jarang pula dapat restoran "ngaco" yang antara status di aplikasi dan kenyataan berbeda. Maksudnya waktu drivernya tiba di restoran ternyata sudah tutup atau sudah lama nggak berjualan T_T 

Alasan kenapa kami nggak pesan sekaligus banyak makanan di waktu berbuka, karena kami prefer makanan yang baru dimasak daripada yang dihangatkan. ---Mungkin karena kebiasaan sejak kecil, dulu Bapak selalu masak untuk sahur alias nggak pernah menyajikan leftover :')


Minggu pertama rasanya stres karena seumur hidup baru merasakan "susahnya" dapat makanan untuk sahur :( Sampai-sampai kadang aku makan sambil menangis karena waktu sahur sudah terlewat tapi kalau nggak makan takut lapar seharian, huhu. Untuk yang membaca tulisan ini mungkin menganggapku lebay dan manja. Tapi percayalah saat kamu mengalami sesuatu untuk pertama kali, rasa sulitnya memang real! 



Puasa 2023: Para Pencari Tuhan menjaga kami tetap waras :p


Waktu aku masih kuliah sampai sebelum menikah, sahur adalah waktu yang kutunggu-tunggu karena artinya quality time dengan Bapak. Puasa nggak puasa, aku akan tetap bangun dan menemani beliau. Menikmati masakan Bapak sambil mengobrol dan menonton TV selalu terasa sangat hangat. ---Hanya kami berdua, karena Ibu dan Adik nggak pernah sahur, hehehe xD Kami selalu menonton "Para Pencari Tuhan" di SCTV. Ya, bisa dibilang aku tumbuh bersama serial itu, dari mulai ceritanya masih jelas sampai jadi ke mana-mana aku dan Bapak tetap setia menontonnya. Setelah menikah dengan Shane, gang sahur pun bertambah. Yang tadinya hanya berdua jadi bertiga tapi tetap dengan rutinitas yang sama, termasuk menonton serial "PPT". 


Aku bersyukur di tengah proses beradaptasi di lingkungan baru yang nggak mudah ini serial "Para Pencari Tuhan" masih tetap ada. Seenggaknya ada sesuatu yang familiar bagiku dan Shane. ---Sesuatu yang selalu diingat sebagai perasaan comfort ketika berpuasa di rumah orangtuaku dan di apartemen dulu. Terkadang sambil menontonnya dan menunggu dapat driver untuk makan sahur aku bertukar pesan dengan Bapak. Kami berada di tempat yang berbeda tapi sedang menonton acara yang sama :) Shane pun merasa lebih termotivasi untuk makan sahur karena ada yang ia tunggu. Terkadang di siang hari ia random bertanya-tanya tentang kelanjutan ceritanya :D "Nanti King akan menikah dengan siapa, ya?", "Dobleh akhirnya akan bahagia nggak ya?", dan banyak pertanyaan lain yang membuatku tersenyum, ---membuat moodku jadi lebih baik :)


Tentu kualitasnya sudah berbeda dengan musim tayang awal, tapi sungguh menenangkan hati melihat wajah-wajah yang familiar di saat "asing" seperti ini.


Berkat serial itu juga kami jadi mulai lebih longgar dengan diri sendiri. Saat sulit mendapatkan makanan hangat yang kami inginkan untuk sahur, sesekali kami memesan makanan dari Rumah Makan Padang 24 jam yang... entahlah dimasak kapan karena semuanya sudah dingin. Di serial "Para Pencari Tuhan" diceritakan kalau tokoh-tokohnya suka dengan masakan Padang dan menganggap makanan itu istimewa. Aku dan Shane jadi ikut-ikutan dan ternyata rasanya sama sekali nggak buruk! Hehehe. Terkadang Shane bahkan menggeser meja makan dari dapur ke depan TV supaya terasa seperti sedang "makan bersama". Terkesan konyol memang, tapi faktanya serial itu menjaga kami tetap waras.


Demi makan sahur di depan TV, Shane menggeser meja makan dari dapur. Kalau aku sih memang punya meja khusus karena memang seringnya makan di ruang TV :p


Oya, aku sempat mendapat kejutan dari Ibu. Beliau mengirimiku pesan di waktu sahur, katanya beliau juga menonton serial "Para Pencari Tuhan" karena merindukanku. Padahal Ibu nggak tahu lho ceritanya tentang apa karena memang sebelumnya nggak pernah ikutan sahur sambil nonton :')))



Puasa 2023: Sudah menemukan "ritme" dan kembali ke musik.


Stres akibat sahur (well, cari makan sahur maksudnya, hehe) membuatku terlupa dengan hobi dan berbagai rutinitas yang biasanya dilakukan bersama dengan Shane. Ukulele hampir nggak sempat disentuh dan TV pun hanya menyala saat menonton "Para Pencari Tuhan". Padahal biasanya kami hobi nonton film lho... Tapi di pertengahan puasa aku putuskan untuk lebih "bodo amat". Aku stres pun nggak bikin situasi membaik, nggak bikin driver ojol jadi selalu ada 24 jam, dsb :p Kalau bisa dapat makan sahur "yang diinginkan" tepat waktu ya syukur, tapi kalau nggak ya sudah masih bisa makan makanan instan, masak sendiri (Shane sih biasanya, aku malas), makan masakan Padang 24 jam, atau yang nggak pernah kami inginkan sebelumnya; membeli makanan sekaligus empat porsi saat berbuka puasa. Disyukuri saja, jalani daripada akhirnya aku malah "nggak bergerak ke mana-mana". Aku mulai bisa menyentuh ukulele, bahkan sambil menunggu sahur aku dan Shane bermain musik bersama :)


Aku punya beberapa lagu ciptaan sendiri yang belum dikerjakan alias masih mentah tersimpan di memory handphone, tapi aku putuskan untuk memulai "come back" ku ini dengan bermain lagu orang lain saja. Ya, bikin cover version gitu tapi tetap dengan style sendiri. Hitung-hitung pemanasan karena semenjak pindah aku dan Shane memang belum kembali rekaman. Aku memilih lagu "My Stupid Heart" dari Walk Off the Earth, salah satu band yang dulu menginspirasiku untuk memulai belajar ukulele :) Musik mereka bukan tipe musik yang Shane akan dengarkan kalau saja aku nggak minta, btw, hehehe. Tapi ia setuju untuk membantu mengisi gitar dan proses mixing di cover laguku! Yay!


Rekaman dilakukan sebelum makan sahur dan sempat diulang tiga kali karena suara ukuleleku terlalu kencang. Syukurlah di percobaan yang ketiga aku dan Shane puas dengan hasilnya. Sepertinya sih karena di percobaan pertama aku merekamnya pakai handphone dan tanpa microphone jadi suaranya kurang balance. Untung saja Shane menyarankan aku memakai Tascam digital yang dulu ia kirimkan untukku waktu kami masih jadi "teman internet" (hihi). Oya, soal selera kami memang memang berbeda, Shane selalu prefer musiknya terdengar raw makanya ia lebih sering menggunakan Tascam analog. Sedangkan aku lebih suka hasil rekaman yang clear, seperti handphone (iPhone) atau Tascam digital. Untuk cover kali ini pun Shane merekam gitarnya terpisah dari ukuleleku dengan cara analog lalu digabungkan dengan cara digital. Aku sih malah senang karena artinya kami tetap memberikan sentuhan style masing-masing di lagu yang sama :)


Akhirnya menyentuh ukulele kembali :')


Shane bermain gitar untuk lagu "My Stupid Heart".


Setelah lagu selesai kami merekam video klipnya di keesokan harinya, ---lagi-lagi sebelum kami makan sahur. Kuputusan untuk "bodo amat" membuat jadi lebih relax, sepanjang rekaman video kami jadi terus-terusan tertawa. Nggak ada konsep, nggak ada outfit istimewa. Shane bahkan memakai kaus piama hadiah dari Wonderful Indonesia, hahaha. Kitty, kucing kami juga muncul di video meski nggak ada hubungannya sama lagunya. Kami cuma happy ritme kami akhirnya kembali :)





Puasa 2023: Menghias rumah.


Aku dan Shane menghias beberapa sudut rumah dengan ornamen Ramadan dan Idul Fitri. Sederhana saja, hanya hal-hal kecil agar terlihat festive dan menjadi penanda rasa syukur kami. Ya, meski diawali dengan penuh kekhawatiran dan stres tapi kami bersyukur, semua bisa dilewati dan turned out kami memang baik-baik saja kan ;) Aku mengganti sarung bantal sofa dengan tema Eid, menempel bendera-bendera mungil di perapian dan pintu dapur, juga menambah balon-balon dan lampu kelap-kelip di meja mainanku agar lebih meriah. Kami nggak membeli kue atau camilan karena berencana berlebaran di rumah orangtua. Lagipula kami memang kurang suka kue dan nggak ada tamu yang akan berkunjung, jadi khawatirnya malah mubazir. Sebagai gantinya kami membeli beberapa cat treats untuk diberikan ke kucing-kucing liar karena kebahagiaan Ramadan dan Idul Fitri itu untuk semuanya, termasuk untuk para hewan <3


Cukup kelihatan festive, kan? :)

Bantal-bantal bertema Lebaran bersanding dengan bantal-bantal bertema Toy Story, ---karena hanya itu yang kami punya :p


Sudut yang kadang terlupakan (area charging HP, lol) ini juga dihias supaya lebih hangat.


Bendera-bendera mungil (bunting flag) ini juga ada di pintu dapur, tapi aku lupa foto.




Puasa 2023: Mengajak Ibu, Bapak dan Ali berbuka puasa bersama.


Di akhir bulan puasa aku dan Shane membuat rencana untuk mengajak Ibu dan Bapak berbuka puasa bersama kami. Setiap tahun kami selalu menyempatkan, semacam tradisi nggak tertulis gitu, hehe. Tempatnya bisa di mana saja dari mulai rumah orangtua sampai restoran di mall, yang penting berkumpul. Aku mencari rekomendasi tempat berbuka di Instagram dan menemukan hotel yang sepertinya cocok untuk kami. Nama hotelnya "Sutan Raja", ---yang ternyata setelah kubuka akun Instagramnya baru ketahuan lokasinya cukup jauh dari Bandung Kota :"D Tepatnya di Jalan Raya Soreang, harus lewat tol Soroja kalau dari rumah orangtuaku. Tadinya mau kubatalkan, tapi karena belum menemukan hotel atau restoran lain yang punya menu beragam akhirnya aku jadi booking meja di sana. Nggak lupa sekalian bertanya patokan hotelnya supaya nggak nyasar, hehe. 


Waktu kukabari Ibu dan Bapak mereka setuju dengan tempat pilihanku. Apalagi ternyata hotelnya family friendly jadi kami bisa mengajak Ali. Kami berlima tiba di hotel beberapa menit saja setelah waktu berbuka dan langsung disambut dengan suasana ramai musik dan para tamu. Setelah menemukan meja kami, kami langsung melihat-lihat makanan yang disajikan. Lega banget, ternyata sesuai dengan yang diiklankan di Instagram! Ada pilihan menu untuk vegan seperti urap sayur, tempe orek, cilok saus kacang, gorengan sayur, jus buah dan lain-lain. Aku dan Shane pun jadi nggak khawatir kenyangnya bakal "kentang" seperti pengalaman kami beberapa tahun yang lalu. Waktu itu kami berbuka di Hotel Harris yang pilihan menu vegannya sangat sedikit sampai-sampai pulangnya kami makan lagi di restoran T_T


Kami kebagian meja di sisi kiri gedung, jadi hampir mojok gitu nggak terganggu lalu-lalang tamu lain.

Bingung harus lihat kamera HP Ibu atau Bapak T_T Cuma Ali saja yang sadar kamera, hahaha.

Aku bahagia karena mereka juga bahagia <3


Dibuang sayang. Daripada terhapus, aku upload di sini saja foto-fotonya :p


Sambil makan kami juga menikmati musik dari home band yang bermain di panggung. Lagu yang mereka bawakan genrenya bermacam-macam, tapi mostly dangdut tentu saja xD Ibu dan Ali sangat menikmatinya, sampai-sampai setiap ada lagu yang ngebeat dikit saja mereka langsung berdiri dan berjoget meskipun nggak tahu judul lagunya, hahaha. Aku, Shane dan Bapak sih bagian menonton saja sambil sesekali merekam aksi mereka. Kalau waktu remaja aku mungkin malu melihat Ibu berjoget, tapi sekarang aku malah senang karena artinya Ibu sedang bahagia :) <3  Meski asyik berjoget rupanya Ibu nggak mau asyik sendiri (eh, berdua dengan Ali sih). Beliau memanggil vokalis bandnya dan bilang kalau aku ingin request lagu! Huaaa, sampai kaget aku, soalnya aku nggak kepikiran ke situ, ahahaha. Tapi karena Ibu terus membujuk akhirnya aku minta mereka membawakan lagunya Aerosmith atau Red Hot Chili Peppers saja, soalnya kalau lagu Dangdut aku tahunya cuma "Kopi Dangdut" xD Dan mereka pun membawakan lagu "I Don't Want to Miss a Thing", ---sesuai tebakan Bapak yang selalu bilang kalau itu lagu "wajib" dari Aerosmith di acara Ibu-Ibu x"D


Setelah lagu request dariku (well, dipaksa Ibu tepatnya, hehe) dibawakan, kami pulang ke rumah masing-masing dengan perut kenyang dan hati senang. Aku nggak sabar untuk bertemu Ibu, Bapak dan Ali lagi di hari Lebaran.





Lebaran hari pertama 2023: Sakit, kejutan dari tetangga dan berkumpul dengan keluarga.


Beberapa hari sebelum Lebaran aku sakit, badanku panas disertai batuk dan pilek. Aku sudah deg-degan banget khawatir nggak bisa berlebaran di rumah orangtua karena sampai hari H batuk dan pileknya masih belum sembuh :( Pagi-pagi biasanya aku dan Shane sudah berangkat, tapi kali ini aku kembali lagi ke tempat tidur sehabis sarapan karena badan sangat lemas. Setiap hari besar kami punya "tradisi" bersih-bersih rumah, tapi berhubung aku sakit jadi semuanya dilakukan oleh Shane. Ketika Shane membersihkah halaman tetangga kami menyapanya dan bilang kalau keluarganya memasak makanan Lebaran untuk kami! Mereka tahu kami vegan, jadi katanya semua dipastikan tanpa hewani. Benar saja, ada sambal goreng kentang, buncis, ketupat dan kerupuk di bungkusan yang Shane terima. Aku sampai terharu sekali karena kupikir kami baru akan menyicipi makanan khas Lebaran ketika di rumah orangtua :') Tetangga kami (yang juga pemilik cafe) memang baik sekali, Ketika kami baru pindah ia, istri, Ibu dan anaknya memastikan kami merasa di rumah. Nggak jarang mereka sengaja melewati rumah kami saat kami sedang di luar untuk make sure semua aman :') Seingatku anaknya berkuliah di Amerika, mungkin karena alasan itu mereka jadi merasa related dengan Shane. ---Mereka tahu rasanya jadi orang asing di lingkungan baru :)


Di siang hari aku memantapkan diri untuk tetap ke rumah orangtua meskipun sedang sakit. Ibu terus-terusan mengingatkanku kalau aku nggak perlu ke mana-mana karena beliau dan Bapak akan ke rumah kami setelah selesai menerima tamu. Tapi rasanya ada yang mengganjal karena seumur hidup aku selalu berlebaran di rumah orangtua, ---rumahku :') Aku pun segera mandi sekenanya dan berganti dengan dress batik yang sebelumnya sudah dihandwash oleh Shane. Kami nggak memakai outfit khusus, yang penting rapi dan bersih. Kemeja batik Shane pun berasal dari beberapa tahun lalu (kalau nggak salah dibeli waktu zaman Covid, hehe) dan masih bagus, kok ;)


Maafkan pose Kitty yang "nggak sopan" T_T


My OOTD di hari pertama Lebaran.

Hair by Shane. Yes, ia yang mengecat rambutku. Bagus juga ya hasilnya :D


Begitu tiba di rumah Ibu dan Bapak kami langsung disambut dengan masakan Lebaran vegan ala Ibu. Ada kari nangka, acar timun, ase cabe, sambal, sambal goreng kentang dan ketupat. Semuanya Ibu masak khusus untukku dan Shane karena hanya kami yang vegan di keluarga :')) Seketika aku merasa membaik, nafsu makanku bagus sekali sampai menambah beberapa kali. Ya nggak heran karena masakan Ibu enak semua. Shane sampai bilang ia berharap Gordon Ramsay suatu hari berkesampatan mencicipi masakan beliau, hahaha, ada-ada saja. Ibu juga sudah menyiapkan kamar untuk kami beristirahat tapi ternyata aku jarang sekali ke kamar dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan Ibu dan Bapak. Sayangnya Ali sedang nggak ada, jadi terasa kurang lengkap. Kalau nggak salah ia sedang diajak main oleh sepupunya. Padahal aku dan Shane sudah membeli banyak (banget!) cokelat untuknya lho, huhu :')


Menu vegan khusus untukku dan Shane.


Cokelat-cokelat untuk Ali. Begitu diterima, ia langsung mengirimkan fotonya padaku. Katanya tulisannya lucu-lucu xD

Hampir lupa berfoto berempat saking asyiknya mengobrol dan makan-makan :D


Sorenya Bapak akan ke supermarket untuk membeli bahan makanan yang kurang. Karena ditawari untuk ikut aku dan Shane pun nggak menolak dan bertanya apa boleh sekalian diantar ke Informa untuk membeli gorden (I know, sangat random, lol). Bapak setuju dan kami pun ke Informa cabang IBCC yang amazingnya buka seperti hari-hari biasa. Kami melihat-lihat beberapa saat dan menemukan gorden yang kami sukai, warnanya cokelat muda dengan corak daun (lebih bagus dari gorden kami yang sebelumnya, yang kata Shane mirip tirai kamar mandi, lol). Lucunya waktu akan membayar kupikir aku salah mendengar harga yang disebutkan oleh petugas kasir. Aku menyodorkan tiga lembar uang seratus ribu tapi ia menolaknya lalu menunjuk lembaran lima ribuan yang ikut menyembul dari dompetku. Dengan kebingungan aku menyerahkan uang tersebut dan ternyata MASIH dapat kembalian! Hahaha, rupanya aku punya banyak poin dari membership Informa. Aku nggak menyadarinya karena nggak pernah mengecek aplikasinya dan nggak tahu kalau poin yang didapat bisa dipakai belanja. Rezeki yang nggak disangka, ya, aku bisa membeli gorden dengan uang receh  :D


Setelah dari Informa kami ke supermarket Griya Batununggal, ---yang sebenarnya tujuan awal Bapak. Aku dan Shane membeli buah apel untuk Nenek sebagai oleh-oleh yang nantinya akan dititipkan ke Ibu yang akan ke rumah Nenek. Lebaran kali ini aku dan Shane nggak menginap, jadi nggak mampir-mampir ke mana-mana dulu termasuk ke rumah Nenek. Sedih sih, tapi berhubung dokter hewan yang biasa dititipi Kitty sedang libur Lebaran jadi kami memilih pulang saja daripada meninggalkan Kitty sendirian semalaman. 


Kalau ke sini selalu borong mi instan vegan :p


Sementara Bapak membeli bahan makanan di lantai satu, aku dan Shane ke lantai dua untuk mencari keperluan hewan peliharaan. Selain Kitty, banyak kucing-kucing liar yang sering mampir ke rumah kami jadi harus sering-sering restock cat food dan cat treat, apalagi saat Lebaran gini kami ingin memberi yang istimewa untuk mereka. Setelah mendapatkan stock yang cukup perhatianku teralih ke rak baju hewan, ternyata ada produk Pomapoo dijual di sini. Langsung saja aku dan Shane memilih dress untuk Kitty, ---untuk baju Lebaran! Hahaha.


Tadinya mau beli yang bertema Harry Potter, tapi ternyata nggak ada model dress. 

Aku dan Shane segera berpamitan setelah tiba di rumah orangtua sepulang dari supermarket, ---badanku baru terasa lemasnya. Meski singkat tapi aku senang sekali bisa berlebaran bersama Ibu dan Bapak. Nggak terbayang kalau aku nggak "memaksakan" untuk pulang, mungkin aku bakal kepikiran dan menyesal :') Oya, waktu aku dan Shane pergi dengan Bapak, kami sempat berhenti di toko obat dan membeli obat demam dan batuk untukku. Bapak meminta rekomendasi obat yang paling bagus, katanya supaya aku cepat sembuh, hehehe :') Untuk Lebaran hari kedua dst aku berencana full istirahat saja, supaya obatnya bisa bekerja dengan maksimal. Lebih baik terlambat menikmati Lebaran daripada sakitnya nggak sembuh-sembuh, kan.


Kitty lagi mencoba baju Lebaran :D



Satu minggu setelah Lebaran 2023: Baru berasa Lebaran hari kedua :p


Lambat tapi pasti akhirnya aku sembuh juga. Obat yang direkomendasikan ternyata beneran manjur, tiga hari saja napasku terasa plong. Memang totalnya satu minggu untuk benar-benar fit, tapi menurutku sih normal karena batuk dan pilek itu memang penyakit yang somehow selalu betah di badan T_T Beruntung sekali selama sakit aku dan Shane nggak kesulitan untuk mendapatkan makanan. Selain kiriman tetangga (yang masih bersisa setelah beberapa hari!), Ibu juga membekali kami dengan makanan Lebaran vegan versi frozen yang tinggal kami hangatkan saja (peluk Ibuuuuu). Lalu tepat setelah makanan dari Ibu habis, restoran-restoran pun mulai buka jadi masa recovery ku nggak terganggu dengan bingung mau makan apa, hahaha. I'm blessed :')


Aman selama beberapa hari setelah Lebaran. Nggak perlu masak atau delivery order karena ada makanan dari Ibu dan tetangga :')

John Perry, kucing liar yang sering mampir ke teras dapur kami lagi menikmati hadiah Lebarannya :)


Eh, ternyata ada foto bendera di pintu dapur xD Ini foto Shane dan Kitty sedang berjemur. Aktivitas kami selama masa penyembuhanku ya begini, kalau nggak baringan, berjemur. Jangan salfok sama kardus ya, itu "istananya" Kitty :p


Meski sudah lewat tapi di rumah vibes Lebaran malah baru terasa karena sebelumnya dipakai total beristirahat. Dekorasi belum ada yang diturunkan, dress baru Kitty juga belum sempat benar-benar dipakai (hanya dicoba sebentar saja). Lalu aku punya ide untuk berlebaran "hari kedua" yang terlambat supaya kami nggak missing out akibat sakitku, hehe. Jadi Kitty tetap bisa memakai dress barunya dan kami bisa merasakan kehangatan Lebaran kembali yang sebelumnya hanya dirasakan satu hari saja di rumah orangtua :') Waktu aku sampaikan sama Shane ternyata ia semangat sekali dan langsung mengambil kemeja kokonya. ---Bukan, bukan kemeja baru kok, hanya Kitty yang memakai baju baru karena aku ingin Lebaran pertamanya istimewa. Aku dan Shane memakai baju yang ada saja, toh masih bagus dan muat, hehehe. Kami lalu berfoto di halaman belakang dengan bantuan tripod supaya semuanya bisa masuk di satu frame. Kami juga menikmati makanan Lebaran lagi tapi kali ini delivery order dari restoran "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" dan "Meja Hijau". Dan thanks to technology, dengan siaran on demand kami jadi bisa nonton tayangan Lebaran yang sudah terlewat di TV. ---Ehm, maksudnya film-film Warkop karena di Indonesia liburan apapun yang diputar ya film mereka, haha. 


OOTD seminggu setelah Lebaran yang terasa seperti hari kedua Lebaran :D


Nggak perlu baju baru untuk OOTD kompakan, cukup buka-buka lemari saja :p


Sop buntut vegan dari "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir". ---Iya, ini bukan daging sungguhan ;)


Yah, begitulah cerita kami di Ramadan dan Idul Fitri tahun 2023 lalu. Diawali dengan penuh kekhawatiran dan stres tapi berakhir dengan baik, ---kami baik-baik saja :)

Aku dan Shane jadi lebih menghargai detail-detail kecil, bahwa sebanyak apapun yang berubah akan selalu ada yang tetap tinggal. Sekonyol serial "Para Pencari Tuhan" yang ternyata bisa menjadi tontonan comfort kami di tengah kebingungan di lingkungan baru, tetangga yang memastikan kami merasa "di rumah" meskipun kami (sempat) merasa asing. Juga cinta Ibu dan Bapak yang sama hangatnya meski kami nggak bisa berlama-lama bersama mereka. Pertemuan itu selalu sama berharganya, baik sebentar mau pun lama. Kami ternyata sangat diberkahi... kami sangat bersyukur.

Well... anyway karena masih suasana Lebaran 2024, aku, Shane dan Kitty (hehe) ucapkan selamat Lebaran ya untuk kalian. Maafkan semua kesalahanku, jikalau pernah ada tulisanku yang menyakiti. Percayalah aku nggak pernah bermaksud begitu :)


yang akhirnya settled down di rumah baru,


Indi


------------------------------------------------------------------

Instagram: @indisugarmika | Youtube: Indi Sugar Taufik | Novelku, Waktu Aku sama Mika: di sini (Shira Media) dan di sini (Gramedia)


Jumat, 08 Maret 2024

Boneka dengan Scoliosis dan Kenapa Representasi itu Penting

Haiiii bloggies! Apa kabar? Gimana tahun 2024 nya? Semoga semua rencana baik kalian berjalan lancar, ya :)



Kalau rencanaku gimana? :p Ya so far agak lancar, ahahaha. "Agak" karena ada beberapa yang tersendat karena cuaca. Maunya sih tahun ini lebih rajin lagi exercisenya, eh ternyata malah banyakan tidur sama makannya karena hujan setiap hari :'D Di daerah kalian sama nggak sih? Di Bandung sini hujannya benar-benar ekstrim, hampir seharian dan petirnya bikin jendela sampai bergetar-getar. Pokoknya kalau mau keluar rumah wajib banget jas hujan atau minimal topi untuk melindungi kepala (---tim kehujanan sedikit saja langsung pusing, hehe).


Goalku tahun ini untuk lebih rutin exercise bukan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang "perfect", tapi semata untuk menjaga tubuhku tetap fit. Pembaca lamaku pasti tahu kalau aku seorang scolioser, atau pengidap scoliosis, ---dan aku bertahan tanpa operasi. Untuk yang baru di sini, "Halo, salam kenal!" ---aku akan menjelaskan sedikit apa itu scoliosis.


Apa itu scoliosis?

Scoliosis (atau skoliosis dalam Bahasa Indonesia) adalah kondisi kelainan tulang belakang yang ditandai dengan bentuk punggung melengkung. Bentuknya bisa seperti huruf C atau S. Pengidapnya bisa laki-laki atau perempuan, tapi kebanyakan perempuan yang biasanya ketahuan sebelum masa puber (10-15 tahun). Kalau kurvanya masih kecil biasanya sekilas nggak terlihat, tapi jika kurva sudah mulai besar akan terlihat jelas meski punggungnya tertutup pakaian. Itulah kenapa banyak scolioser yang nggak terdeteksi dini, ---karena sekilas tubuh mereka tipikal anak-anak seusianya. 


Beda kurva, beda juga penanganannya. Kurva di bawah 20 derajat disebut scoliosis ringan, nggak membutuhkan operasi dan hanya membutuhkan exercise rutin di rumah. Sementara kurva di antara 25 sampai 40 derajat disebut scoliosis menengah, yang biasanya membutuhkan brace (penyangga tubuh), exercise, fisioterapi dan mulai berdiskusi dengan dokter tentang kemungkinan pembedahan. Nah, yang terakhir kurva di atas 50 derajat disebut skoliosis berat atau severe scoliosis. Penanganannya tentu kombinasi dari semua terapi sudah kusebutkan dan kemungkinan besar disarankan untuk melakukan pembedahan korektif. Karena saat kurva sudah besar, tentu mulai berpengaruh terhadap organ-organ dalam, seperti tulang rusuk yang semakin menekan paru-paru, rasa sakit kronis dan lainnya. 


Bagaimana dengan scoliosis ku?

Kurvaku 58 derajat yang artinya sudah masuk di kategori "scoliosis berat". (---Di beberapa postingan aku menyebut 55 derajat, tapi ternyata dokternya salah baca, lol). Aku mendapat diagnosis dokter nggak lama setelah ulang tahunku yang ke 13 dan waktu itu kurvaku masih di kategori "menengah" :D Kenapa terus bertambah, tentu ada alasannya dan itu BUKAN karena aku dan orangtua nggak melakukan tindakan apa-apa ya. Pertambahan kurva di usia pertumbuhan itu wajar karena perubahan hormon dan tinggiku masih terus bertambah. Jadi brace yang kupakai selama lima tahun, 23 jam perhari gunanya untuk memperlambat pertambahan kurva saja, bukan untuk mengurangi. Lalu kenapa aku nggak melakukan operasi? Pertimbangannya banyak, salah satunya (dan yang paling penting) scoliosisku ini nggak progresif alias kurvanya nggak bertambah lagi semenjak aku menginjak usia dewasa! :)


Foto rontgen tulang belakang lamaku (karena yang baru hasil scannya terhapus di HP dan mager buat scan ulang, —-gak hilang kok, paling nyelip di laci, hehe).


Itulah kenapa exercise penting sekali untukku (semoga aku bisa segera melawan rasa malas karena hujan ini, hehe), agar otot-ototku tetap kuat dan terlatih. Dengan memiliki otot yang kuat tentu akan memperlambat kenaikan kurva dan meningkatkan kualitas hidup scolioser sepertiku. Sementara fisioterapi, meskipun aku masih (dan harus selalu) rutin menjalaninya hanya bisa memanage rasa sakit, yang tanpa exercise rutin akan sia-sia saja xD


Jadi bagaimana hidupku sebagai scolioser berkurva besar dan di usia dewasa?

Aku baik-baik saja! :D Ada hari baik dan ada hari buruk seperti kebanyakan orang di dunia. Ya, aku harus "berurusan" dengan rasa sakit yang kadang seharian, tapi aku yakin orang tanpa scoliosis pun terkadang mengalaminya, iya kan ;) Aku bahagia dan (berusaha) menjalani hidup dengan sepenuh mungkin, ---karena ternyata hidup nggak seburuk pikiranku ketika masih remaja dulu. Hidup dengan scoliosis adalah "hidup normal" versiku dan aku nggak keberatan dengan itu :)


Kalau diingat kembali, titik di mana aku merasa bahwa "aku bisa" itu ketika aku mulai menulis di blog tentang scoliosisku, lalu kemudian dijadikan novel yang dengan judul "Waktu Aku sama Mika". Waktu itu aku mulai mendapat banyak email dari teman-teman scolioser yang merasa related dengan kehidupanku. Lalu bertahun-tahun kemudian ketika novelku menjadi inspirasi sebuah film layar lebar berjudul "Mika", aku semakin yakin kalau melakukan hal yang benar. Dulu sempat ada orang "dekat" yang bilang kalau aku nggak perlu bicara tentang scoliosisku karena dia pikir itu sebuah "aib" (---Well, HE WAS WRONG!). Hampir aku percaya, tapi untung saja aku nggak berhenti. Dan setelah film diputar aku malah mendapatkan banyak hal positif. Banyak para orangtua yang menghubungiku dan berterima kasih karena setelah menonton "Mika" mereka memeriksakan putri mereka ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Juga banyak orang-orang seusiaku yang bilang bahwa mereka lega karena ternyata mereka nggak sendirian, ---bahkan ada di antara mereka yang berteman denganku sampai sekarang! Ya, ternyata "aku bisa". Aku tetap memiliki fungsi meski di mata dunia kedokteran aku bukan orang yang sempurna ;)


Novel "Waktu Aku sama Mika" yang diterbitkan oleh Shira Media dan film "Mika" yang diproduksi oleh IFI dan dibintangi oleh Vino G. Bastian.


Boneka sepertiku, karena representasi itu penting.

Tahu nggak sih kalau film "Mika" itu film Indonesia PERTAMA yang mengangkat isu tentang scoliosis? ---Boleh dong ya aku bangga, hehehe :D Kalau di Hollywood, tentu bukan hal yang baru dan jarang. Yang paling kita kenal mungkin film "Romy and Michele's Highschool Reunion" yang rilis tahun 1997 lalu. Dulu filmnya sering tayang di Indosiar dan (kalau nggak salah inget) pernah beberapa kali tayang juga di Trans TV. Waktu lihat Michele, salah satu tokoh utamanya memakai brace, aku langsung, "Wow! Dia seperti aku!" :O Padahal filmnya bukan berfokus di isu scoliosis dan bergenre komedi, lho, tapi tetap ada perasaan surreal ketika melihat orang di TV yang "mirip" denganku. 


Perasaan "hore, aku nggak sendiri" itu tetap ada setiap aku melihat ada yang merepresentasikan scolioser, nggak peduli seberapa dewasanya aku. Tahun lalu waktu aku membaca artikel tentang Mattel yang merilis boneka-boneka dengan disability aku bahagia dan terharu. Kalian tahu kenapa? Karena salah satu dari boneka-boneka itu ada yang mirip denganku, ---memiliki tulang belakang melengkung, tulang panggul yang nggak sejajar, bahu yang nggak sejajar, kaki yang salah satunya lebih pendek, dan... memakai brace! :'D Aku sangat nggak sabar untuk memilikinya sampai-sampai beberapa kali mengecek situs official Mattel Indonesia dan mengirimkan banyak pesan, hahaha. Aku bahkan hampir meminjam akun Amazon milik Ibu Mertua supaya bisa dapat bonekanya sebelum masuk resmi ke Indonesia.  Syukurlah nggak perlu karena ternyata hanya dua bulan saja setelah ulang tahunku bonekanya sudah dijual di Barbie Flagship :D


Detailnya gak main-main, ya. Sampai pas didudukkan saja bahunya terlihat gak sejajar :')


Oh iya, boneka scoliosis itu hanya salah satu dari banyak boneka dengan disabilitas yang Mattel rilis, lho. Selain scolioser juga ada boneka dengan alat bantu dengar, boneka dengan Down Syndrome, boneka dengan kaki prostetik, boneka dengan kursi roda dan lain sebagainya. Sepertinya boneka scolioser memang belakangan rilisnya karena temanku, Angkie Yudistia yang juga Teman Tuli sudah punya boneka dengan alat bantu dengar duluan. Waktu aku melihat ia mempostingnya di Instagram aku juga jadi ikut senang, katanya bonekanya dimainkan anaknya :')


Screenshot dari Instagramnya Angkie, yang sekarang punya boneka seperti dirinya :D


Kennedy Garcia dan Ellie Goldstein dengan boneka Down Syndrome seperti mereka :)
(Sumber: Forbes dan British Vogue).


Rose Ayling-Ellis dengan boneka yang memakai alat bantu dengar sepertinya :)
(Sumber: disabilityhorizon).


Di bulan Agustus 2023 akhirnya bonekaku datang setelah aku memesannya dari Barbie Flagship. NGL, aku menitikkan air mata waktu melihatnya secara langsung untuk pertama kali, huhuhu. Namanya Chelsea, adik kecil dari Barbie. Ia berambut coklat panjang, memakai dress berwarna pink dan brace scoliosis tipe Boston seperti punyaku waktu dulu. ---She's so freakin' cute :''''D Orang pertama yang kukabari tentu saja Bapak karena beliau yang dulu selalu mengantarku terapi. Aku mengirimkan fotonya dan reaksi beliau membuatku tertawa! Bapak bertanya siapa yang membuat boneka itu karena sudah pasti "sangat niat" sampai-sampai bentuk punggungnya pun melengkung! Hahaha. Waktu kami akhirnya ada kesempatan bertemu langsung beliau juga bilang kalau boneka baruku membuatnya ikut senang. Bapak bilang sungguh luar biasa karena sudah banyak yang berubah semenjak aku pertama kali didiagnosis scoliosis dulu. Sekarang scoliosis bukan sesuatu yang "tak terlihat" :)


Aku yang berbahagia akhirnya bisa memiliki boneka yang sepertiku :')


Saking detailnya ukuran bracenya juga bisa diatur, persis seperti braceku :D


Nggak lupa aku juga membagikan tentang boneka Chelsea di media sosialku. Banyak followerku yang scolioser merasa bahagia dan ingin memiliki bonekanya. Dengan senang hati aku membagikan link, nama toko, bahkan jika perlu aku carikan yang terdekat dengan lokasi mereka, hahaha. Dan, nope, aku nggak diendorse. Aku seorang scolioser, dan seperti yang kubilang sebelumnya aku tahu bagaimana rasanya saat melihat ada merepresentasikan kami. Pesan-pesan manis pun mulai bermunculan di DM Instagram dan Facebook ku. Ada beberapa Ibu yang membelikan boneka ini untuk anak-anaknya supaya mereka nggak merasa sendirian waktu memakai brace. Juga dari beberapa orang dewasa yang setelah menunggu belasan tahun akhirnya ada boneka yang mirip seperti mereka. How sweet :') Tapi ada juga pesan yang lucu, ada yang bilang karena aku membagikan informasi di mana-mana bonekanya jadi sold out dalam beberapa hari! "The power of Kak Indi," begitu katanya, hahaha.


Salah satu pesan manis yang sempat ku-screenshot dari Facebook :')


Meski terlambat dua bulan, tapi boneka ini adalah hadiah ulang tahun terindah untukku (---bisa dibilang ini adalah hadiah dari Ibu Mertua karena aku membelinya dengan sisa Birthday money pemberian beliau, terima kasih banyak). Aku bahagia dan bersyukur sekarang brace dan alat bantu medis lainnya dilihat sebagai hal yang normal. Bayangkan anak-anak yang sedang berada di toko mainan melihat boneka ini lalu membelinya dan bermain dengannya. Mereka mungkin awalnya akan bertanya-tanya apa yang dipakai boneka ini (brace) dan mengapa tubuhnya berbeda. Lalu mereka akan mencari tahu tentang scoliosis dan belajar tentang perbedaan, ---yang mana sangat normal dan bukan untuk dipermasalahkan :) Dan bayangkan juga anak-anak dengan scoliosis yang menemukan boneka ini. Mereka nggak akan merasa sendirian lagi dan TAHU bahwa brace itu bukan sesuatu yang harus disembunyikan tapi untuk membuat kualitas hidup mereka lebih baik, ---seperti Chelsea yang percaya diri memakai brace di luar dressnya :)


Well, aku harap jejak Mattel yang membuat mainan/boneka inkusif akan diikuti oleh perusahaan lainnya. Mungkin masih ada yang menganggap kalau ini "cuma" boneka, nggak ada bedanya dengan mainan-mainan lain. Tapi coba deh saat kamu melihat mainan yang memakai brace, kursi roda atau alat bantu dengar, bayangkan kalau ada anak-anak yang tersenyum saat melihatnya,  ---karena mereka jadi merasa "terlihat" :)


Reaksi Ella Roger yang berusia 2 tahun waktu melihat boneka dengan kursi roda seperti dirinya :) Masa masih ada yang bilang, "Ini cuma boneka"? ;)
(Sumber: Good Morning America).



kakakya Chelsea, lol,


Indi



Catatan: 

- Mattel bukan satu-satunya perusahaan yang membuat boneka dengan alat bantu medis, tapi sampai sekarang baru produk Mattel yang bisa dengan mudah didapat di Indonesia.

- Braceku nggak terpasang dengan benar, hanya untuk kepentingan foto. Jadi jangan ditiru ya :)

- Novelku "Waktu Aku sama Mika" bisa didapat di sini (Shira Media) dan di sini (Gramedia).

----------------------------------------------------------------

Instagram: @indisugarmika | YouTube: Indi Sugar Taufik


Kamis, 22 Februari 2024

Izin Tinggal yang Menyebalkan dan Mall yang Menyenangkan! :)

Keputusan Shane untuk tinggal di Indonesia memang mengejutkan. Bayangkan saja, Shane nggak pernah pergi jauh dari negaranya, Amerika, ---paling jauh hanya sampai Jamaika. Lalu tiba-tiba saja ia bilang ingin mengunjungi aku, (yang waktu itu masih) sahabat internetnya di Indonesia. Aku bilang pada orangtuaku kalau akan ada teman yang berkunjung. 

"Tiga minggu saja paling lama," ujarku pada Ibu dan Bapak, ---yang ternyata keliru. 

Shane dan aku saling jatuh cinta segera setelah kami bertemu. Perubahan status kami dari sahabat ke sepasang kekasih membuat Shane mengubah rencananya. Orangtuaku terkejut, keluarga Shane apa lagi! Tapi mereka ikut berbahagia dan mendukung apapun keputusan kami :)


Aku dan Shane sama-sama clueless tentang izin tinggal di Indonesia. Shane ke Indonesia menggunakan visa kunjungan yang hanya berlaku selama satu bulan. Lalu bagaimana caranya agar ia bisa di sini bersamaku selama tujuh bulan kami berpacaran? Well... sekarang sih terdengar "lucu", tapi percayalah waktu itu cara yang Shane lakukan adalah satu-satunya cara yang masuk akal bagi kami. Jadi setiap masa tinggalnya habis Shane pergi ke Singapura di pagi hari dan kembali lagi ke Indonesia di sore hari DEMI MENDAPATKAN CAP VISA KUNJUNGAN DI PASPORNYA! Iya, orang yang sekarang jadi suamiku itu rela pulang-pergi ke luar negeri satu bulan sekali, bahkan tanpa meninggalkan Bandara untuk mengejar penerbangan berikutnya, supaya ia bisa tinggal dengan legal di Indonesia, ahahahaaa :"D


Untung saja beberapa minggu setelah menikah kami diberi tahu kalau ada yang namanya KITAS, ---Kartu Izin Tinggal Sementara untuk WNA yang berlaku selama satu tahun (---nah, mengerti kan kenapa kami jadi merasa konyol, hahaha). Atas saran Alison, mantan atasanku di Preschool tempat aku dulu mengajar, kami menggunakan jasa agen untuk mengurus segala macam dokumen yang diperlukan. Jadi selama satu tahun pertama kami tenang, izin tinggal Shane sudah ada yang mengurus dan kami hanya perlu ke Imigrasi  untuk pengambilan foto dan sidik jari. Praktis, cepat, ---tapi kami terkejut setelah tahu berapa biaya asli pembuatan KITAS. Ternyata kami membayar hampir dari tiga kali lipat! Huaaa, agak menyesal rasanya, dan sejak saat itu kami memutuskan untuk mengurusnya sendiri saja. Kan lumayan tuh uang lebihnya bisa dipakai buat jatah makan seblak satu tahun :p


Tahun pertama mengurus KITAS berdua saja kami masih meraba-raba. Kami menjelaskan pada pihak Imigrasi kalau sebelumnya kami menggunakan jasa agen jadi belum mengetahui apa saja yang harus kami bawa. Aku ingat sekali waktu itu aku dan Shane saling bertukar pandang karena heran. Di zaman yang serba digital ini ternyata fotokopi KTP, Kartu Keluarga, CNI, dsb, dst, masih juga menjadi salah satu persyaratan perpanjangan KITAS. Dengan banyaknya kolom di formulir yang diisi, dengan seluruh data kami yang sudah ada di komputer, kenapa fotokopi masih diperlukan? Kertas-kertas fotokopi yang isinya selalu sama setiap tahun itu memang nantinya dikemanakan? Jangan sampai deh berakhir di tukang gorengan. 


Jadi setiap akhir tahun saat keluarga kami merencanakan liburan, aku dan Shane merencanakan kunjungan kami ke Imigrasi, hahaha. Di kedatangan pertama aku dan Shane harus menyerahkan segala macam fotokopi, foto terbaru, paspor, mengisi formulir dan membayar biayanya. Setelah itu kami dijadwalkan untuk pengambilan data biometrik (sidik jari dan foto). ---Yup, semua itu nggak bisa dilakukan di satu hari saja. Lumayan menguras tenaga fisik dan mental karena jarak dari rumah ke Imigrasi nggak dekat dan perjalanannya nggak pernah mulus (warga Bandung pasti paham kalau di daerah Surapati always macet, sniff...). Pernah satu kali kami terpaksa kembali lagi ke rumah hanya karena nggak membawa CNI. Padahal satu malam sebelumnya kami menerima email dari Imigrasi yang NGGAK menyebutkan CNI sebagai salah satu persyaratan. Aku sampai menunjukkan bukti email dan Buku Nikah, karena CNI itu sendiri adalah surat bukti kalau Shane nggak terikat pernikahan di negaranya. Harusnya kita nggak butuh CNI lagi dong karena sudah menikah legal di sini dengan bukti Buku Nikah dan data di Disdukcapil? :'D Tapi tetap saja mereka kekeuh menginginkan selembar kertas fotokopi dari kedutaan Amerika itu.


Bulan Desember 2023 yang lalu ketika akan melakukan "kunjungan" rutin ke Imigrasi level anxiety kami cukup tinggi. Dua tahun yang lalu aku dan Shane sempat merasa nggak nyaman karena salah seorang petugas memanggilku dengan sebutan "Kakak" dengan nada over friendly (ykwim...) dan berkomentar tentang penampilanku. Bukan saja terkesan nggak profesional tapi juga membuat Shane merasa kurang dihargai (ia merasa "dikacangin"). Like, why does he care about my appearance? Panggilan "Kakak" dan mengomentari kalau styleku "Kawaii" itu nggak appropriate untuk diucapkan di tempat yang formal. And he's NOT even my friend! ---To be clear ya, BUKAN panggilan “Kakak” nya yang jadi masalah. Tapi ini soal tempat dan sedang dalam kepentingan apa. Di tempat di mana semua orang dipanggil “Ibu” dan “Bapak” (bahkan Shane dipanggil “Sir”), kenapa petugasnya memilih memanggilku dengan sebutan yang berbeda dan membuat komentar nggak perlu soal penampilan dan saat melihat foto KTP ku? Ia bahkan nggak bertanya apa-apa sama Shane, seolah nggak kelihatan. Padahal Shane yang berkepentingan untuk urusan KITAS. Aneh :S Meski petugasnya sekarang sudah nggak bekerja di sana tapi tetap aku dan Shane jadi menetapkan Imigrasi sebagai tempat least favorite kami. "Vibesnya nggak enak," begitu kata Shane. Syukurlah persyaratan perpanjangan KITAS kami nggak ada yang kurang dan berjalan lancar, ---atau kami kira begitu...


Di kunjungan kami yang kedua untuk pengambilan data biometrik, seharusnya menjadi hari yang sama dengan pengambilan paspor milik Shane. Tapi kemarin nggak begitu, setelah menunggu sebentar kami diberitahu kalau paspor belum bisa diambil. Waktu aku bertanya sama petugasnya kapan, ia menjawab, "Belum tahu, whatsapp saja ke sini hari Senin. Tanyakan tentang status permohonan KITAS nya dan kapan paspornya bisa diambil."

Jujur, rasanya kepengin nangis tahu nggak sih, ahahaha... Sudah jauh-jauh datang, DUA KALI PULA, eh masih juga harus kembali lagi, KAPAN-KAPAN (karena bahkan petugasnya saja belum tahu, ahahahaha). Kalau begini rasanya lebih baik kami kembali pakai agen saja! Ingin rasanya menyerocos bertanya kenapa kami nggak dikabari saja lewat Whatsapp, email, telepon, pos, atau apapunlah supaya kedatangan kami nggak sia-sia. Tapi semuanya hanya di dalam kepalaku, karena badanku rasanya terlalu lemas dan mood sudah jelek. Aku hanya ingin pulang dan tidur.


Tapi Shane rupanya punya ide lain, alih-alih setuju untuk pulang ia mengajakku untuk ke mall. Katanya ia ingin membuat hari kami yang dimulai dengan sangat menyebalkan menjadi lebih baik. Senyumku pun kembali. Bukan karena gembira akan berjalan-jalan di mall, tapi karena aku bersyukur memiliki suami yang selalu mencoba "memperbaiki" hari untuk kami :) Dengan bantuan aplikasi map di handphone aku menemukan mall terdekat dari gedung Imigrasi, Mall Bandung Indah Plaza, mall yang sempat menjadi tempat favoritku ketika masih kecil sampai remaja. Segera kami ke sana tanpa rencana dan tanpa tahu apa yang ada di sana. Sudah sangat lama sejak terakhir kali kami mengunjungi mall tertua di Bandung itu. (---Itu pun sangat sebentar, untuk makan karena terlewat saat pulang sehabis kami dari Rumah Sakit). Di perjalanan Shane berkata kalau aku harus bersenang-senang di sana, lakukan apa saja yang aku inginkan dan jangan pikirkan soal urusan Imigrasi yang menyebalkan.


BIP, mall masa kecil dan remaja. Sudah banyak yang berubah, jadi kangen suasana dulu, huhu.


Mall sedang nggak terlalu ramai. Di beberapa pojok terlihat sedikit festive karena sedang suasana Natal dan Tahun Baru. Dengan mantap aku langsung mengajak Shane ke restoran fast food yang menjual burger plant based. ---Junk food nabati memang selalu sukses membuat moodku lebih baik, hehe. Kami ke Burger King karena plant based whopper mereka enak sekali (dan sangat mengenyangkan!). Sayang ternyata stocknya habis :') Perasaanku sih sepertinya mereka memang sudah discontinued, at least untuk wilayah Bandung karena di cabang lain pun jawabannya selalu sama. Tapi mungkin supaya terdengar halus dan menjaga supaya harapan para vegan tetap tinggi jadi bilangnya "habis" :p Untung saja di lantai paling atas ada A&W. Mereka punya menu yang namanya Veggie Burger. Rasa dan teksturnya lebih mirip perkedel dibandingkan dengan burger, tapi menurut kami sih sama-sama enak apalagi saat dipadukan dengan curly fries. 


Dekorasi mall sangat minim, di lantai atas malah hampir gak ada dekorasi :D


Kami makan sambil mengobrol ini-itu, sama sekali nggak membahas soal Imigrasi. Shane dengan random bilang kalau ia tiba-tiba ingat lima tahun yang lalu di hari yang sama kami makan di foodcourt Metro Indah Mall dan ia mengambil fotoku yang sedang duduk di depan pohon Natal. Aku tertawa mendengarnya, aku ingat waktu itu kami baru sekitar dua minggu menikah dan aku sedang ingin makan seblak. Jadi bibirku tampak merah dan dower sekali di foto, hahaha. Somehow Shane menyukai foto itu dan sampai sekarang masih menjadikannya wallpaper di handphonenya :) Oh iya, Shane dulu bukan "anak mall", ia lebih suka pergi ke toko musik atau hangout di rumah teman-temannya. Tapi semenjak bersamaku tampaknya ia jadi menyukai mall, bahkan mulai hapal dengan nama-namanya, hehe.


Hahaha, sign di belakang kami. Aku bertanya sama Shane apa ia merasa "di rumah" :p


Foto kenangan bibir dower di foodcourt Metro Indah Mall, hahaha :D


Selesai makan Shane bertanya padaku apa lagi yang ingin kulakukan. Aku berpikir sejenak lalu mengajaknya ke bioskop untuk melihat film apa saja yang sedang diputar. Kebetulan sekali ada "Wonka", dan hari pertama tayang! Sejak kecil Shane sangat menggemari film "Willy Wonka and the Chocolate Factory" (1971), film yang (seharusnya) menjadi adaptasi dari buku Roald Dahl yang berjudul "Charlie and the Chocolate Factory". Sementara aku adalah penggemar berat buku-buku Roald Dahl, baik buku anak-anak maupun buku dewasanya. Jadi menonton film ini merupakan win-win untuk kami; Shane bisa menonton "prekuel" dari film favoritnya, sedangkan aku bisa membandingkan karakter Wonka dengan yang di buku. Kupikir bioskop akan ramai, apalagi di hari Senin harga tiket lebih murah. Tapi ternyata di dalam teater hanya ada kami berdua dan beberapa orang di baris samping dan belakang kami. Aku menyukainya :)


Poster film "Wonka".


Kedua buku tentang Willy Wonka dan karya Roald Dahl yang lain.


Aku dan Shane sangat menikmati filmnya, ---aku bahkan sempat terlarut di beberapa adegan dan sedikit meneteskan air mata :'D Telinga dan mata kami terasa dimanjakan, semuanya porsinya pas, dari drama, hal-hal magis dan musiknya. Mungkin kalau aku terlalu berharap filmnya patuh dengan cerita di buku Roald Dahl aku nontonnya bakal kecewa, ya. Tapi karena sudah belajar dari film-film adaptasi Roald Dahl lain yang hampir NGGAK PERNAH persis bukunya, aku jadi menikmati filmnya sebagai sebuah karya mandiri yang "diinspirasi" Roald Dahl saja. Karena kalau dibilang jadi prekuel film versi tahun 1971 pun sebenarnya nggak nyambung-nyambung amat. Background storynya ke mana-mana, hanya karakter Willy Wonka saja yang mendekati. Disambungkan dengan film "Charlie and the Chocolate Factory" versi tahun 2005 (yang mana paling patuh dengan bukunya) apalagi, ---makin jauh, ahahaha. Jadi ya dinikmati apa adanya saja. Oya, di film "Wonka" juga ada kejutan menyenangkan dari Rowan Atkinson, yang meski perannya nggak banyak tapi sukses bikin aku tersenyum haru. Sebelumnya di film adaptasi Roald Dald yang berjudul "The Witches" (1990) ia juga punya peran sebagai Mr. Stringer, eh tiba-tiba sekarang muncul lagi sebagai Pendeta. Jadi makin nostalgia masa kecil, kan! :'D 


Begitu keluar dari teater, aku dan Shane sepakat kalau filmnya membuat kami jadi ingin makan cokelat! Tanpa berbelok ke mana-mana dulu kami langsung ke supermarket di lantai dasar dan mencari cokelat "yang bisa kami makan". Kebanyakan cokelat yang dijual di pasaran mengandung susu, dan kami yang vegan ini menghindarinya. Syukurlah setelah mencari nggak terlalu lama kami menemukan dark chocolate yang kemasannya cukup besar untuk dimakan berdua! Biasanya kami hanya menemukan chocolate bar kecil, jadi harus beli beberapa supaya puas. Tapi kali ini kami dapat kemasan pouch yang isinya ada banyaaaak. Hore! :) 

Nggak terasa hari sudah semakin gelap, kami putuskan untuk segera pulang setelah sebelumnya membeli treat untuk Kitty, si kucing mungil, yang ditinggal sendirian di rumah. Kami banyak sekali tertawa. Kalau saja nggak melihat outfit kami yang memakai batik, aku nggak akan ingat kalau sebelumnya habis mengalami hari yang menyebalkan di Imigrasi :p


***


"Shane, kalau tiba-tiba kita ketemu Steven Tyler terus dia naksir aku gimana?" Tanyaku iseng.

"Oh, nggak apa-apa, nanti kamu pura-pura suka sama dia. Terus kalau dia kasih kamu uang jangan lupa bagi aku ya," jawab Shane.

Aku tersenyum nakal, "Tapi kalau aku naksir beneran sama dia gimana?"

Shane diam sejenak, menatapku dengan serius lalu berkata, "Ya, artinya kamu tetap saja harus bolak-balik ke Imigrasi. Kan Steven Tyler juga perlu Kitas. Dia dan aku nggak ada bedanya kalau di Indonesia, sama-sama WNA!"

"Oh, iya juga ya," aku terkikik geli. 


Nggak, aku nggak naksir Steven Tyler, kok. Aku nggak akan menukar suamiku ini dengan apapun, hahaha. Nggak bisa aku membayangkan diriku dengan orang lain selain dengan Shane, ---yang selalu berusaha mengubah hari menyebalkan menjadi hari terbaik sedunia! ---Ia sudah lebih dari cukup untukku :)


blessed girl,


Indi


Kalau teman-teman ingin membaca proses pernikahanku dan Shane bisa baca di sini :)

____________________________________

Instagram: @indisugarmika | Youtube: Indi Sugar Taufik