Minggu, 25 September 2011

Toko Kecil Punya Indi :)

Apa yang kalian suka? Menggambar, bernyanyi, menari? Atau ada yang lainnya? Lalu apa yang kalian lakukan terhadap hal-hal yang kalian suka?

Aku suka menulis. Aku sudah tahu dari dulu, dari sejak kecil. Setiap hari, setiap kali ada kesempatan aku pasti menulis. Aku ingat, waktu itu aku berumur 7 tahun dan dapat diary pertamaku. Kurang dari 1 tahun diary itu sudah penuh diisi dengan cerita dan puisi-puisi konyolku. Kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang, sampai dewasa dan sepertinya (amen) akan selamanya.
Awalnya aku memang nggak tahu bahwa akan menjadi penulis, aku cuma suka, itu saja. Sampai suatu hari ada penerbit yang tanpa sengaja membaca tulisanku dan menyukainya. Lalu lahirlah dua buah bukuku, "Waktu Aku sama Mika" dan "Karena Cinta itu Sempurna" yang ---thank God--- keduanya adalah best seller. Semua itu bisa kucapai karena hal yang sederhana... aku tahu apa yang kusuka dan aku melakukan sesuatu terhadapnya.

Tapi tahukah kalian bahwa aku, atau mungkin saja kalian bisa menyukai sesuatu untuk begitu lama tapi nggak menyadarinya? Aku iya.
Aku sangat semangat soal menulis, setiap kali sekolah memberi tugas mengarang aku selalu menyelesaikannya dengan cepat. Nggak peduli bahwa yang dinilai hanya kerapihan tulisan tanganku, aku selalu memperhatikan cerita dan ejaannya. Aku jarang dapat nilai sempurna, nilai 80 saja sudah membuatku senang karena faktanya... aku sebetulnya nggak terlalu peduli dengan nilaiku, aku hanya suka melakukannya. Sampai-sampai aku nggak sadar bahwa aku menyukai hal lain...

Aku suka mendesain pakaian. Iya, belakangan orang akan berpendapat aku konyol mengapa aku baru mengetahuinya, padahal waktu kecil aku sangat centil dan pemilih dalam soal berpakaian. Aku nggak akan pernah sadar hal itu kalau saja waktu tahun 2008 dr. Richard, chiropractorku nggak bertanya soal pakaian yang aku pakai. Kalimat, "Baju ini aku yang desain sendiri" memang keluar begitu lancar dari mulutku, tapi gue aku sadar kalau yang aku katakan ternyata apa yang selama ini jadi kesukaanku! :)


Beberapa hasil desainku. Yang pink adalah pesanan customer yang terbaru :)


Kesukaan ternyata bukan sekedar 'kesukaan', kita bukan cuma enjoy waktu melakukannya , tapi juga tanpa disadari menjadi latihan yang menyenangkan karena kita melakukannya secara terus-menerus. Aku rasa untuk tahu apa yang kita sukai itu cukup penting karena bukan nggak mungkin kita memilih pekerjaan sesuai dengan bidang yang kita sukai. Semua orang tahu memulai sesuatu itu nggak mudah, kadang ketika gagal kita hanya ingin berhenti dan mencoba hal lain. Tapi coba bayangkan kalau yang gagal adalah yang kita sukai... kita akan terlalu 'suka' untuk meninggalkannya. Kita akan mencoba lagi, lagi dan lagi sampai semua membaik meski itu sulit. Jadi kenapa kita nggak mulai untuk melihat lebih dalam pada diri kita? Cari tahu apa yang kita suka, dan lakukan sesuatu terhadap itu.

Ketika aku sadar bahwa aku suka mendesain pakaian (2008) aku langsung memutuskan untuk membuat label sendiri. Namanya, Toko Kecil Indi. Aku memulainya dengan hampir tanpa modal, cuma beberapa pakaian yang aku desain untuk kupakai sendiri (iya, maksudnya baju-baju pribadiku), handphone berkamera dan koneksi internet. Aku mulai memasarkannya lewat jejaring sosial. Awalnya cuma sedikit yang tertarik, malah sempat mendapat komentar kurang menyenangkan seperti, "Ah, baju-bajunya kemahalan, di toko A lebih murah". Padahal aku membuat semuanya handmade, kain yang aku gunakanpun kualitasnya bagus dan aku tahu betul bahwa aku memberi harga yang reasonable, sesuai dengan kualitas. Tapi itu nggak membuatku down, aku terlalu menyukai dunia desain, dan sampai sekarang (mudah-mudahan selamanya, amen) aku masih bertahan. Malah setiap ada komentar-komentar negatif aku lebih memilih untuk menjadikannya sebagai pemacu untuk berkarya lebih baik dan bukannya bersedih :)

Dan inilah Toko Kecil Indi sekarang, sudah 3 tahun berdiri. Masa-masa sulit memang sudah terlewat, tapi nggak berarti semuanya mudah. Meski begitu aku tetap mendesain pakaian-pakaian dengan rasa suka yang sama seperti ketika aku pertama kali mendesain, masih dengan rasa cinta dan semangat yang sama. Aku bangga karena bisa melakukan sesuatu terhadap yang aku suka. Aku juga bersyukur karena aku nggak membiarkannya begitu saja dan menjadi 'sekedar suka' tanpa menjadi sesuatu.
Beberapa hari yang lalu aku membuat desain terbaru. Dress ini aku beri nama "Saturday Night" karena pemotretannya di hari sabtu malam. Aku menyukai dress ini karena nyaman di badan dan... ini adalah pertama kalinya aku membuat desain dengan kain semi kaos. Iya, aku masih dan akan terus belajar :) I hope you love my newest design too, my friends... ;)





Shoes of the day :)


Cantik dipadukan dengan flower crown buatanku.





"Lakukan apa saja yang kamu sukai, Sugar. Jika kamu suka menari, menarilah meskipun tidak bagus. Karena ketika kamu menari, kamu sudah menjadi seorang penari".

(kata-kata inspiratif dari alm. Mika, my AIDS fighter)



cheers,
INDI



(Diedit 1/3/2024. Aku masih aktif mendesain baju-bajuku sendiri, tapi gak lagi secara komersil karena Ibu berfokus di bidang kuliner sekarang. But ya, my passion di dunia design tetap sama dan sepertinya gak akan berhenti any time soon).

Rabu, 21 September 2011

Curious Incident of the Dog in the Night Time


Eris bermain dengan Ny. Kelinci :)


Tengah malam, sudah hampir subuh. Aku sebetulnya sudah piyamaan sejak sore, niat istirahat juga sudah sejak jam 11 malam tadi. Tapi karena suatu hal aku jadi masih terjaga sampai selarut ini.
Ah, aku jadi ingat kejadian beberapa waktu lalu. Waktu itu kira-kira jam 2 pagi di bulan Agustus lalu, orangtua dan adikku sudah tidur. Situasinya mirip seperti sekarang, tinggal aku yang terjaga dan lagi asyik di depan komputer mengerjakan buku ketiga---rasanya begitu kalau aku nggak salah ingat---. Tiba-tiba aku dengar Eris, anjing keluargaku yang berumur 2 tahun menangis. Awalnya nggak aku nggak hiraukan karena Eris memang manja dan suka menangis untuk cari perhatian. Tapi semakin lama tangisannya semakin berbeda, seperti kesakitan dan takut. Khawatir terjadi sesuatu aku langsung keluar kamar, terburu-buru, bahkan lupa memakai sandal meskipun cuaca sangat dingin. Aku membuka pintu garasi dan... Eris ada di sana, baik-baik saja, berdiri tegak seperti beruang dengan kaki depan 'berpegangan' ke lemari sepatu. Tangisannya berhenti tapi nafasnya cepat sekali. Waktu aku coba untuk memeluknya ia malah menghindar dan 'menuntun' ku ke pintu garasi.

Mulanya aku nggak mengerti, tapi setelah mencoba mengintip lewat celah garasi dan membiarkan seluruh suara malam masuk ke dalam telinga, samar-samar aku mendengar suara tangisan anjing. Pelan dan lirih. Jelas sekali bukan Eris karena ia sudah duduk patuh di sampingku dengan telinga yang tegak---posisi telinga waspada---.
Aku nggak tahu itu anjing siapa, bisa saja liar atau milik seseorang. Tapi yang pasti ia butuh bantuan...


OOTD: Headband by BIP, Dress by Toko Kecil Indi, Shoes by Fillmore.




Dengan kaki yang masih telanjang aku mencari-cari kunci garasi. Eris berlari ke sana-ke mari dengan ekor yang terus berkibas. Mungkin ia senang karena 'tangisan minta tolongnya' didengar dan aku akan memberikan bantuan. Tapi aku bahkan nggak tahu apa yang terjadi dengan anjing itu. Aku cuma berharap semoga situasinya nggak terlalu parah.
Akhirnya aku menemukan serangkaian kunci di atas meja kopi. Mencobanya satu persatu dan... terbuka!

Di sebrang rumah aku melihat situasi yang sangat memilukan. Aku mengenalnya. Eris apalagi... Anjing itu sering disapa "Si Kaos Kaki" karena bulu kakinya yang belang dua. Kepalanya terjepit pagar besi. Lehernya terkoyak karena ia terus berusaha meloloskan diri. Kakinya hanya sedikit menapak pada tanah. Aku hampir nggak percaya bahwa anjing yang sedang sekarat ini adalah si Kaos Kaki ---andai aku nggak melihat kakinya---. Aku panik, sangat sangat panik. Sepertinya orang-orang sekitar sudah terlelap semua, bukan cuma keluargaku. Aku tahu nggak akan bisa menyelamatkan anjing ini sendirian. Aku butuh bantuan, at least untuk membangunkan pemiliknya karena jarak rumahnya dengan pagar depan (tempat si Kaos Kaki terjepit) cukup jauh.

Aku masuk kembali ke dalam rumah, membangunkan Ibu dan Bapak. Butuh waktu sekitar 3 menit untuk menjelaskan situasinya dan membuat mereka percaya kalau ini gawat darurat. Aku memakai sandal dan sweater sementara orang tuague ke tempat si Kaos Kaki. Aneh, udara dingin justru baru terasa waktu aku mamakai sweater. Padahal tadinya aku cuma memakai atasan piyama dan celana pendek, mungkin karena aku panik, entahlah.
Waktu aku ke luar rumah Ibu dan Bapak sedang berdiri di dekat si Kaos Kaki, nggak melakukan apa-apa, cuma diam. Mereka bilang mereka nggak bisa melakukan apapun, salah gerakan sedikit saja bisa membuat si Kaos Kaki terluka lebih parah. Atau malah si Kaos Kaki  bisa menggigit ketika berhasil lepas. Ah, iya betul juga... si Kaos Kaki ini memang terkenal "jagoan" di lingkungan ini. Itulah kenapa Eris ---dan beberapa betina lain--- selalu berlomba menarik perhatiannya...

Aku mencoba mencari bantuan lain. Di samping rumah pemilik si Kaos Kaki terdapat warung nasi. Setiap tengah malam penghuninya selalu memasak untuk mempersiapkan sahur. Aku memanggil "Mang Ujang" yang biasanya lebih dulu terjaga. Nggak ada jawaban. Aku terus memanggil nama-nama random yang aku ingat tapi tetap nggak ada jawaban, at least untukku karena sepertinya ada yang mendengar tapi malah tertawa-tawa karena menyangka permintaan tolongku cuma sebuah lelucon. Ibu bilang lebih baik aku menyerah dan berdoa semoga si Kaos Kaki bertahan sampai nanti pagi, sampai waktu pemiliknya berangkat kerja. Tapi aku nggak mau. Aku sudah terlanjur melihat si Kaos Kaki di sini, terjepit dan kesulitan bernafas. Aku akan merasa sangat bersalah kalau aku nggak bisa membantunya, atau seenggaknya ada di sampingnya sampai pagi meski ia mungkin nggak bertahan...


Puja, Eris and Me :)


Aku masuk ke dalam rumah, mengambil sarung tangan karet milik Ibu dan kembali ke tempat si Kaos Kaki. Aku berjongkok di sampingnya, berusaha membebaskan kepala kecilnya dari pagar. Tapi ia malah menangis semakin lirih. Suaranya betul-betul membuat hatiku hancur, karena usahaku untuk membebaskannya ternyata malah menyakitinya. Aku putuskan untuk duduk di sampingnya dan membelainya sambil terus bilang, "Sebentar lagi pagi, pasti kamu nggak apa-apa". Aku hampir menangis melihat lidahnya terkulai dari rahangnya, mengeluarkan liur terus-menerus sementara lehernya semakin terkoyak...

Lalu Bapak mendengar suara keajaiban, katanya ia mendengar suara dari arah garasi sewa Om Miming. Jarak rumah ke pintu pagar sangat jauh, halaman rumah Om Miming itu sangat luas, gue agak sangsi waktu Bapak bilang Om Miming mungkin saja terbangun. Tapi ternyata Bapak betul! Ia keluar dari rumahnya dan bertanya apa yang terjadi pada kami. Bapak langsung menjelaskan situasinya dan nggak lama kemudian anggota "Tim Penyelamat si Kaos Kaki" bertambah. Aku langsung merasa ada harapan baru waktu Om Miming bawa tongkat besi dari rumahnya, katanya pagarnya mungkin bisa diangkat sedikit supaya bisa memberi celah untuk membebaskan si Kaos Kaki. Bapak dan Om Miming berusaha membuat celah, tapi sebentar kemudian mereka behenti. Si Kaos Kaki semakin kesakitan dan Bapak memutuskan untuk membuka paksa pagar alih-alih membuat celah.

Bapak dan Om Miming berhasil masuk ke halaman rumah pemilik si Kaos Kaki. Aku nggak tahu siapa namanya karena kami jarang bertemu. Kalaupun sore-sore berpapasan aku hanya menyapa dengan panggilan "Om".
Ternyata di rumah Om nggak ada bel'nya. Bapak dan Om Miming terpaksa mengetuk jendela dan berteriak memanggilnya. Rasanya lama sekali sampai Om membuka pintu. Bapak langsung menjelaskan bahwa anjingnya terjepit di pagar. Om langsung menghampiri si Kaos Kaki yang luar biasanya mendadak sadar setelah sebelumnya cuma bisa terkulai lemas dan menangis. Ekornya bergoyang cepat dan tangisannya berhenti. Ketika Om berusaha membebaskan si Kaos Kaki, ia sudah lebih tenang. Ia hanya merintih setiap kali Om menggeser kepalanya ke arah yang salah. Gue berdoa, berdoa, berdoa, berdoa dan terus berdoa... berharap si Kaos Kaki bisa bebas.

"Krak", aku mendengar suara patahan. Sekitar 5 detik aku menahan nafas dan baru bisa lega waktu tahu itu bukan suara leher si Kaos Kaki. Itu ternyata suara pagar yang dibengkokan paksa dan patahannya mengenai engsel. Bagaikan mimpi, si Kaos Kaki terbebas dan berdiri tertatih-tatih. Kaki depannya pincang dan lehernya koyak. Seluruh wajahnya basah oleh liur bercampur darah. Tapi ajaibnya ia ceria. Ekornya terus bergoyang dan dengan patuh mengikuti perintah Om untuk masuk ke dalam rumah. Ia nggak berusaha menyerang siapapun, bahkan nggak menggonggong.
Om mengucapkan terima kasih pada kami dan menyusul si Kaos Kaki. Begitu juga aku, orangtua dan Om Miming kembali masuk ke rumah masing-masing.
Badanku letih dan sedikit mengantuk, tapi aku lega si Kaos Kaki terselamatkan. Di garasi Eris sudah menyambut. Ekornya bergoyang cepat dan langsung menjilati lututku begitu aku mendekat. Sepertinya ia berterima kasih karena anjing jantan yang sangat dipujanya telah selamat.



Beberapa hari kemudian keadaan si Kaos Kaki membaik. Ia mulai menggoda Eris ---dan beberapa betina lain tentu saja--- dan membuat mereka salah tingkah. Sepertinya bekas luka di lehernya justru membuat para betina menganggapnya semakin keren, hehe.
Insiden anjing di tengah malam (sama dengan judul buku kesukaanku, actually, lol) itu membuat kami menjadi semakin waspada. Om sekarang memastikan si Kaos Kaki nggak kabur di waktu malam, dan aku selalu memastikan nggak ada celah di pagar rumah. Aku nggak ingin insiden serupa menimpa Eris atau binatang-binatang lain yang nggak sengaja mampir ke pagar rumahku.

Memang disayangkan harus ada korban dulu sebelum kami (iya, termasuk aku) sadar bahwa seharusnya setiap orang bertanggung jawab terhadap binatang peliharaan dan rumahnya sendiri. Sebaiknya pastikan nggak ada celah yang berbahaya, tanaman beracun atau benda mengancam lainnya sebelum memelihara binatang, terutama jika binatang itu nggak dipelihara di dalam kandang. Begitu juga meski kita nggak memelihara binatang, nggak ada salahnya menutup celak-celah di pagar atau tembok yang sekiranya berbahaya. Mereka, binatang ---terutama kucing, anjing atau kelinci--- meskipun liar tetap saja memiliki hak untuk hidup. Just remember, they're only have instincts, kitalah yang memiliki akal. Si Kaos Kaki bahkan nggak (bisa) menuntut tuannya, padahal secara nggak langsung ia sudah dicelakakan.  Tugas kitalah untuk melindungi mereka. Kita nggak mau membunuh makhluk hidup untuk kesia-siaan, kan? :)



    Lotta smile,

 
Indi (and Eris, "Woof!")




ps: Jika ada teman-teman blogger yang suka menulis, menyayangi binatang dan berminat untuk membantu project novel ketigaku, silakan kirim email ke namaku_indikecil@yahoo.com atau twit aku  DI SINI
Juga jangan lupa saksikan aku di program Warna episode Jumat, 23 September jam 10.45 pagi di Trans 7. Have a nice day! :D

Minggu, 18 September 2011

My Amazing Weekend (Award, Fun Working Time & My Me Time)


Ah, nggak terasa sudah weekend lagi ya, teman-teman? Jadi apa yang kalian lakukan? Berbelanja? Bertemu keluarga? Hangout bersama sahabat? Atau malah tetap bekerja?

Aku sendiri tetap bekerja. Iya, weekend dan hari-hari lainnya hampir selalu terasa sama. Bedanya setiap weekend aku selalu sempatkan untuk ke luar rumah. Nop, nop! Bukan berarti harus pergi ke mall atau tempat jauh ya, aku lebih suka menjelajahi daerah sekitar rumah, pergi ke lapangan rumput atau piknik di belakang rumah (backyard luar rumah juga, kan? ;) ).

Seperti hari sabtu ini, pagi-pagi sekali aku sudah bangun, mencuci muka dan berganti piyama dengan dress Fresh Juice. Aku sudah siap bekerja, tapi sebelumnya aku sempatkan untuk membuka blog dulu. Hihi, iya, aku punya banyak utang untuk memajang award ;) Nah, berhubung dress yang aku pakai warnanya cerah, kali ini aku pilih untuk memajang award yang warnanya senada ya. Ini adalah award "You're Amazing" yang diberikan oleh Aul, yang ternyata beberapa waktu kemudian Laras juga memberikan award yang sama! Hore, aku punya dua award sekaligus :D



"You're Amazing" award from Aul and Laras. It's an honor, really :)


Untuk Aul dan Laras terima banyak, ya... Aku masih jauh dari baik apalagi amazing, rasanya award ini terlalu berat untukku tapi juga berarti. Mudah-mudahan aku bisa menjadi lebih baik lagi dalam berkeperibadian dan berkarya, ya, amen... :) Award ini nggak akan aku biarkan sampai di sini, aku akan berikan lagi pada 4 teman blogger yang pantas disebut "amazing": Chaca, untuk kecerdasannya, sense of fashionnya dan kebaikan hatinya untuk membantu project novel ketigaku, Pungky untuk tulisannya yang berani dan bold (you go, girl! Keep speak up your---our---mind!), Marisa untuk kebaikan hatinya dan kepribadiannya yang super-menyenangkan dan Miy untuk kemandiriannya, "selamat datang di Bandung" :)
Aku harap teman-teman mau memajang dan meneruskan award ini, jangan berhenti sampai di sini.

Dan setelah award, weekend yang menyenangkan ini pun aku lanjutkan untuk bekerja. Jam 11 pagi aku ada janji dengan kru Trans 7 untuk shooting acara Warna. Thank God shootingnya lancar dan selesai jam 3.30 sore teng, hehehe. Melelahkan, tapi tetap fun, apalagi shooting dilakukan di rumah (beberapa scene malah ada yang di kamarku) dan seluruh kru sangat ramah :) Sebelum tayang, aku mau ajak kalian lihat sneak peaknya. Oya, foto-foto ini diambil pakai handphone'nya Dikfa, reporter "Warna" yang baik hati.


Proses shooting “Warna”.

Menunjukkan naskah novelku.

Biasanya kalau aku lagi kerja nggak diikutin orang sebanyak ini, kok :p





Untuk episodeku, "Warna" akan tayang di Trans 7 hari Kamis (22 September 2011) pukul 10.45 pagi :)


Dan terakhir seperti yang aku bilang, ini weekend, ayo main di luar rumah! Aku punya tempat favorit. Tempat ini nggak punya nama resmi jadi aku selalu menyebutnya "lapangan rumput depan rumah" setiap kali mau ke sana. Lokasinya nggak tepat di depan rumahku sebetulnya, tapi tepat di depan rumah Uak yang nggak terlalu jauh dari rumahku.
Sebetulnya sih ini tanah kosong yang sengaja dibiarkan untuk fasilitas warga sekitar berolah raga, tapi buatku sayang kalau nggak dimanfaatkan maksimal, hihihi. Selain untuk mengajak anjing jalan-jalan aku juga suka piknik disini, lho :)



OOTD: Headband and dress: Toko Kecil Indi.
 







Waktu yang paling tepat untuk datang ke sini adalah sore-sore, sehabis bekerja. Apalagi kalau weekend karena banyak pedagang yang lalu-lalang. Betul-betul tempat yang sempurna untuk bersantai! :)


OOTD: Nail polish: Ingrid, Shoes Fillmore.


Senin sudah semakin dekat, nggak ada salahnya untuk memanfaatkan weekend sebaik mungkin dengan men'treat' diri sendiri yang sudah 1 minggu bekerja. Dan hari sabtu ini sangat sempurna buatku: award, bekerja dan bersantai. Meski masih ada hari minggu tapi rasanya aku sudah siap untuk bilang, "Welcome Monday, nice to see you again!" *wink*
;)

salam,

Indi

Selasa, 13 September 2011

My Cute Little Posers ;)

Aku punya 2 sepupu favorit, namanya Gina dan Silmi. Bukan, bukan karena mereka paling baik, paling pintar atau paling banyak ide di antara sepupu-sepupuku yang lain, tapi itu karena selama belasan tahun hanya 2 sepupu perempuan itulah yang aku punya. Lainnya laki-laki.
Lalu suatu hari 4 tahun yang lalu lahirlah Gaby, seorang putri dari kakak tertua ibu. Aku senang tentu saja. Tapi hanya sebatas senang karena mempunyai sepupu baru, bukan senang karena aku merasa akan dapat "teman perempuan" baru seperti Gina dan Silmi...

Gaby tumbuh menjadi anak perempuan yang cerdas, aktif dan confident. Lalu satu tahun kemudian lahirlah Billa, adik Gaby yang juga perempuan.
Kepribadian mereka sangat berbeda. Gaby cenderung emosional dan egois, sedangkan Billa sangat pendiam dan sangat sensitif. Hehehe, iya, so cute, balita sekecil itu pernah menangis waktu daddy'nya sakit dan berdoa lewat telepon supaya daddy'nya bisa cepat sembuh, lho. Karena katanya Billa butuh daddy :')
Even-though they're so adorable, tapi aku belum pernah dekat dengan mereka. I love kids for sure, tapi jarak Jakarta-Bandung membuat kami jarang bertemu. Kalaupun ada kesempatan, biasanya aku berpura-pura tidur di kamar supaya mereka nggak mengganggu dan merusak barang-barang di kamarku :p

Lalu ada sebuah moment yang memaksa aku dekat dengan salah satu dari the little girls --Gaby--, Agustus kemarin ketika the little girls dan keluarganya menginap di Bandung, Gaby menghampiriku yang lagi nonton DVD. I was so sad... Film'nya tentang anjing yang berjuang untuk bertemu anak dan tuannya (ehm, aku selalu 'sensitif' kalau soal binatang, terutama anjing, lol). Air mataku sudah nggak bisa ditahan dan akhirnya menagis sambil menggigit bantal (lol). Nggak disangka (it was amazing moment, she's only 4) Gaby hapus air mataku dengan jari-jarinya sambil bilang, "Jangan nangis, ini filmnya nggak sedih, kok, anjingnya nggak apa-apa". Diperlakukan seperti itu aku malah tambah menangis karena terharu (hehehe ---serba salah, ya?---), tapi Gaby nggak menyerah, dia berdiri di hadapanku, menghalangi TV lalu menari dengan gerakan konyol. Katanya, "Air matanya masukkin lagi, jangan nangis, nanti anjingnya ikut sedih...".

Semenjak hari itu aku terus menanyakan Gaby karena terkenang-kenang dengan empatinya yang hampir menyamai orang dewasa. Aku nggak mengerti kenapa Gaby bisa seperti itu ---maksudku, kenapa dia bisa seperti itu sama aku-- karena dari apa yang aku lihat dan diceritakan oleh saudara-saudara yang lain, Gaby susah menurut dengan orang lain, terkecuali orangtua dan susternya. Jika dilarang dia selalu melakukan hal yang kebalikan, misalnya ketika dia bermain pulpen dan dilarang, dia akan mencoret-coret pulpennya ke tembok atau sofa, bukan malah mengembalikannya. Tapi lihat yang Gaby lakukan di waktu aku menonton DVD dan menangis, dia sempat memainkan remote TV untuk menghiburku. Aku memintanya untuk menaruhnya di meja karena khawatir jatuh. Ternyata dia menurut dan melanjutkan mencari cara lain untuk menghiburku…

Akhirnya pada tanggal 1 September aku berkesempatan untuk bertemu the little girls di sebuah acara gathering. Aku dikejutkan dengan suara histeris gadis kecil yang berteriak, "Bebeknya jangan dipotong... Jangan dimakan.... Kasihan, kan...".
Ternyata itu suara Gaby. Katanya dia ingin menjadi vegetarian sepertiku!...

Aku punya fans. Itu kata tante Cut, mama dari the little girls. Katanya lagi, setiap keluarga mereka pulang ke Jakarta Gaby selalu menceritakan tentang aku. Tentang kamarku yang katanya seperti kamar princess (ehm, aku jamin faktanya nggak begitu), tentang cara aku perpakaian, bahkan tentang caraku menyisir rambut. Gaby juga mulai "meniru" apa yang aku lakukan. Selain menjadi vegetarian dia juga sering berpose sepertiku ketika difoto. Dia hapal betul bagaimana kebiasaan-kebiasaanku.
Dan 'keakraban' Gaby mulai menular pada Billa, tanggal 10 kemarin, waktu aku mengunjungi mereka di Hotel Sheraton (orangtua mereka masih libur sampai Senin) Billa memintaku untuk menginap. "Kakak nginep di sini aja, ya?", itu katanya. Aku ingin sekali mengiyakan permintaannya. Apalagi aku merasa 'berhutang' karena sebelumnya sering berpura-pura tertidur ketika mereka datang ke rumah. Tapi aku bahkan nggak bawa baju lain selain yang sedang dipakai, jadi dengan berat hati harus menolak. Sykurlah Billa nggak menangis, dia cuma memintaku untuk datang lagi keesokan harinya dan menemaninya berenang.

Gaby dan Billa kelihatan gembira sekali waktu aku berkunjung, mereka bahkan dengan semangat mengajakku berkeliling melihat 'rumah baru' mereka. Hehehe, iya, mereka pikir seluruh keluarganya pindah ke Bandung dan tempat yang mereka tempati sekarang adalah rumah, bukan kamar. Tapi sebetulnya menurutku juga kamar hotel mereka lebih cocok disebut rumah/apartemen, sih, hehehe. So huge! Aku sampai nggak bisa berhenti untuk ber "oh, wow". Maklum, belum pernah ke presidential suite sebelumnya sih (aih, Indi... lol). Nih, aku kasih sneak peak buat kalian, "rumah baru" the little girls:


The entrance:




Ada officenya. Jadi ini tempat buat bekerja atau liburan ya? :p
 



Kitchen:

Lengkap sih ini, bener-bener kaya di rumah.
 
 


Dining room:

Sama di rumahku aja bagusan di sini T_T hahaha.




Living room:


Sofanya sama tempat tidurku masih empukan sofa :p



Bathroom:


Foto request Gaby.


Sayangnya aku nggak bisa foto kamar tidurnya karena mereka sibuk loncat-loncat di kasur, hehehe. Lihat aku bawa kamera Gaby langsung minta difoto, padahal biasanya dia nggak begitu suka difoto, lho. Malah suka marah kalau ada yang ambil fotonya candid, hihihi. Ternyata betul kata tante Cut, Gaby berubah banyak dan jadi sangat 'aku', dia jadi suka difoto, malah handphone Susan, susternya sering jadi korban karena ke mana-mana harus Gaby bawa, "Kalau ada makanan mau difoto, Kakak (Indi) juga kan suka begitu", katanya :)
Sedangkan Billa dengan malu-malu bertanya apa dia boleh ikut difoto. Aku bilang tentu saja boleh dan langsung dijawab dengan senyuman malu-malunya, hihihi, so cute! Oya, Billa ini pemalu dan sopan sekali, kalau mau apa-apa pasti ditanyakan dulu, termasuk untuk pegang-pegang kakiku, hahahaha.

Melihat pose-pose mereka berfoto aku jadi nggak bisa tahan untuk nggak tersenyum. Iya, mereka pandai sekali meniru: tangan di pinggang, kaki disilangkan. Malah yang lucu Billa bertanya bagaimana cara membuat 'peace sign' seperti yang biasa aku lakukan. Maklum masih balita, jadi mereka kesusahan untuk melipat 3 jari sekaligus. What a cute little posers... :)


Peace sign’nya Billa 3 jari :D



Billa dan Gaby, my cute little posers :*


Jam 10 malam aku pamit untuk pulang (orangtua mereka sampai bingung, bagaimana bisa Gaby dan Billa bangun sampai melewati batas waktu tidur!). Gaby mencegahku pulang dengan memakai sepatu merahku keliling kamar. Katanya dia pinjam dulu karena sepatunya sudah hampir muat di kakinya (hahahaha, so silly!). Tante Cut langsung mengerti kalau Gaby nggak mau aku tinggalkan, akhirnya dengan bantuan Susan, Gaby berhasil dibujuk untuk membiarkan aku pulang. Ah, berat sebetulnya aku untuk pulang. Apalagi sebetulnya aku nggak benar-benar bermaksud untuk datang lagi keesokan harinya. Aku tahu aku nggak bisa karena ada acara lain, tapi rasanya aku nggak tega untuk bilang langung sama 2 gadis kecil ini...



My OOTD: Headband (BIP), dress (Garden Bloom by Toko Kecil Indi), shoes (Stevvano).



The details :)

My super cute red shoes :)


Keesokan harinya, sepulang dari sebuah acara, Ibu bercerita bahwa sorenya beliau jalan-jalan dengan the little girls karena ini hari terakhir mereka dan keluarganya di Bandung (sebagai ganti aku yang nggak bisa menemani mereka). Katanya, Gaby bercerita bahwa dia sebetulnya sangat menginginkan bando merah yang aku pakai semalam. Katanya warnanya bagus dan ada kelopak bunganya seperti punya princess. Ibu bertanya kenapa Gaby nggak pinjam/minta saja bandonya sama aku. Gaby bilang itu karena dia takut aku marah dan dia  takut nggak sengaja merusak bandonya. Ah, aku langsung terharu waktu mendengarnya. Meski itu keluar dari mulut balita berusia 4 tahun, tapi itu cukup untuk membuat aku merasa berarti dan dicintai. I'm their role model now... :) Aku berjanji, mulai hari ini aku akan menjaga semua kelakuan dan perkataan. Apapun yang keluar dari diriku, akan kusaring terlebih dahulu karena the little girls bisa saja meniru tanpa tahu mana yang betul dan mana yang salah. Mungkin aku nggak akan pernah bisa jadi teman mereka karena saat mereka dewasa aku sudah jadi orangtua yang sibuk dengan anak-anak dan cerewet mengingatkan ini-itu, hehehe. Tapi seenggaknya mereka nanti bisa mengenangku sebagai orang dewasa yang baik di masa kecil mereka. Semoga saja... I'll try my best ;)


sweetest smile,

Indi