Rabu, 11 Agustus 2010

Cita-cita

Potong kue di ultahku sama Ibu :)



My family. Ibu baru aja bangun tidur, hahahaha :)



Halo, apa kabar semuanya? Buat yang menjalankan ibadah puasa, aku ucapin selamat berpuasa, ya. Semoga ibadah tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Amen :)

Satu minggu belakangan, aku baru ngalamin "kerasnya hidup", hehehe. Maksudku, kehidupanku setelah lulus kuliah jauh lebih berat daripada waktu kuliah (yang memang sudah sulit, huhuhu). Aku mulai harus  untuk lebih mandiri, punya penghasilan sendiri dan pekerjaan yang stabil.
Aku sama sekali nggak keberatan dengan "peran" baru ini. Toh aku memang sudah dewasa dan terbiasa membiayai diri sendiri (sejak kuliah aku nggak dapet uang saku). Tapi yang jadi masalah justru kekhawatiran ortu (terutama nyokap) ku!

Sejak aku masih remaja, nyokap, yang aku panggil "Ibu" sudah khawatir dengan "masa depan" ku. Perkembanganku yang ajaib sebagai remaja, bikin dia ketakutan setengah mati kalau anaknya nggak bisa sehebat anak-anak lain.
Suatu waktu pernah Ibu bertanya apa cita-citaku. Dengan percaya diri aku jawab,
"Aku mau jadi penulis dan apapun, asalkan bekerja dengan anak-anak".
Dan kagetlah nyokapku.

Bahkan semenjak aku belum lulus SD, nyokap pernah bilang kalau dia bercita-cita punya anak yang sukses, punya karier yang cemerlang dan mapan. Jujur aja, awalnya memang menjadi beban tersendiri buatku, yang secara kebetulan dilahirkan sebagai anak pertama, hehehe. Tapi lama-lama aku pikir, aku  bisa kok sukses dengan pekerjaan yang aku sukai. Toh apapun kalau dikerjakan dengan serius pasti "menghasilkan".
Ternyata nyokap berpikir lain, baginya untuk sukses harus kerja kantoran. Begaji tetap dan bukan kerja "serabutan".
Agak menyakitkan, memang... Tapi begitulah, sebagai fresh graduate yang masih tinggal di rumah ortu, aku harus mendengarkan keinginan nyokap.



Adik, Bapak dan aku waktu Ibu ultah di Lembang.



Akhirnya di sinilah aku, mulai cari pekerjaan yang nggak ada hubungannya dengan dunia yang aku suka. Nggak ada tulis-menulis, khayal-mengkhayal (bahasa opo iki? lol) atau anak-anak. Sudah beberapa CV aku kirim via e-mail ke beberapa tempat. Ada yang ditanggapi ada juga yang nggak.
Salah satu yang ditanggapi datang dari sebuah lembaga pendidikan (nama dan profesinya rahasia, ya! Hehehe). My Mom was soooooo exited! Sampai-sampai dia langsung bikin baju baru buatku. Buat kasih "miracle" di interviewku katanya. Aku sih cuma bisa mesem-mesem nggak karuan. Soalnya kalau manyun aku nggak tega sama nyokap yang sudah begitu bahagia (dan mendoakan aku pagi-siang-malem--kapanpun--).



Me and Daddy di ultahku. Look at my face. Aku gak mandi karena lagi kena demam berdarah :p


Interviewku kebilang lancar, meski gagal bikin janji sebanyak 2 kali. Tapi setidaknya aku menunjukkan ketertarikan dengan interview'nya meski aku blank sama sekali tentang profesi "itu".
Sampai hari ini (3 hari kemudian setelah interview), aku masih belum dapet panggilan. Terlalu dini untuk bilang aku gagal dan terlalu "deg-degan" juga untuk bilang aku masih punya harapan. Nyokap mulai gelisah dan takut aku gagal. Aku, meskipun nggak terlalu menginginkan pekerjaan itu ikutan nggak enak dan berdoa semoga Tuhan kasih pekerjaan itu sama aku. Yah, kalaupun nantinya aku nggak cocok kerja disana, at least aku sudah mencoba dan bikin nyokap bahagia.



Daddy and me. Foto ini diambil sama Gina, sepupuku.



Di tengah kegelisahanku, justru bokap yang sangat optimis dengan masa depanku. Baginya pekerjaan itu apa saja, asal halal. Karena itulah kenapa dulu anak-anak diajari untuk punya cita-cita. Ya untuk dicapai, bukan untuk diubah ketika dewasa...
Jujur aku terharu dengan dukungan bokap. Selama ini aku selalu tahu kalau bokap sayang aku, tapi jarang sekali dia tunjukin dengan cara-cara verbal.
Aku masih inget dengan jelas percapakan kami waktu dia anterin aku interview,


Bokap (B): "Kalau ini nggak berhasil, jangan sedih. Bilang saja sama Ibu apa adanya. Mungkin nanti kamu diizinkan kerja di koran XX (nyebutin nama)."

Aku (A): "Iya, tapi Ibu kan maunya nulis hobi saja..."

B: "(Diam agak lama)... Kapan-kapan ambilah uang tabunganmu beberapa ratus ribu. Traktir Ibumu, Nenek juga Kakek."

A: "Untuk apa, Pak?"

B: "Bilang ini hasil menulis. Supaya mereka tahu, kalau menulis itu pekerjaan. Bukan sekedar hobi..."

***

Sampai detik ini aku masih deg-degan soal interviewku. Masih takut juga bikin nyokap kecewa. Tapi at least aku tahu kalau ada yang mendukung cita-citaku dan percaya sama aku apapun profesi yang aku ambil suatu hari nanti.



Bapak, Ibu... Aku kebingungan.
Aku menghargai impian kalian.
Sangat menghargai...
Jadi tolong doakan saja aku berhasil dengan jalan yang aku pilih.
Bukan dengan jalan yang sama sekali tidak aku kenal.
Jika kalian (terutama dirimu, Ibu) tetap menginginkan aku mengambil jalan lain,
aku akan menurut.
Tapi tolong tuntunlah aku agar tidak tersesat.
Dan berikanlah aku waktu untuk belajar...

Bapak, Ibu. Aku sayang kalian...




(Diedit pada 29/02/2024. Kayanya waktu nulis ini aku lagi mellow banget dan "gak kompak" sama Ibu, hahaha. Glad itu sudah berlalu, beliau hanya khawatir dan sebenarnya selalu mendukung cita-citaku. Look at me now, semua  yang aku raih sekarang berkat dukungan Ibu :) ).

Selasa, 10 Agustus 2010

Smiling with Their Tails :)


Aku baru aja nyuruh Eris, anjingku masuk rumah supaya nggak kehujanan. Wah, mengadopsi Eris itu seperti punya adik kecil. Kadang bikin jengkel, tapi seringnya bikin senyum lihat tingkah lucunya...

***

Aku dibesarkan di keluarga pecinta hewan. Sejak bayi aku sudah akrab dengan ikan, burung, tikus, kura-kura dan terutama anjing.
Sejak aku berusia 10, aku tahu anjing merupakan hewan yang istimewa. Setiap hari, sepulang sekolah, Black (anjingku saat itu) selalu menunggu di depan pagar. Menyambutku dengan keramahan berlebihan tapi menyenangkan. Black selalu menabrakkan badan besarnya ketubuhku, lalu menjilati pipiku sampai basah. Hahaha, terdengar jorok? Memang. Tapi waktu itu aku merasa kalau jilatan hangat Black sama rasanya seperti seorang sahabat yang menyapa, "Hai, bagaimana harimu tadi? Kemana saja? Aku kangen kamu!".

Seiring berjalannya waktu aku semakin kagum dengan binatang spesial ini. Malah, waktu aku SMA, aku bikin karangan untuk UAS Bahasa Indonesia dengan judul "Sahabat Anjingku". Bu guru bilang ceritaku bagus dan menginspirasi dia untuk mengadopsi anjing.
Beberapa temanku nggak ngerti kenapa aku bisa mencintai makhluk berliur berbulu protein. Malah ada yang bilang aku jorok. Tapi aku nggak pernah marah. Aku lebih memilih menjelaskan pada mereka apa yang aku lihat sebenarnya dari mahluk ini. Aku yakin, suatu hari mereka akan percaya kalau aku benar. Seperti bu guru.

Banyak yang aku kagumi dari anjing. Hal pertama adalah kesetiaannya atau loyalitasnya. Pernah kalian denger anjing yang ninggalin tuannya? Nggak? Aku yakin begitu.
Aku percaya tugas pertama yang diberikan Tuhan untuk seekor anjing adalah menjadi setia. Mereka (para anjing) nggak akan pernah punya alasan untuk meninggalkan tuannya, bagaimanapun keadaannya. Veggie, anjing golden retriever yang aku adopsi sejak berusia 1,5 bulan nggak pernah sekalipun meninggalkan rumah meski pintu nggak terkunci dan nggak ada siapa-siapa. Sebelum aku atau anggota keluargaku pulang, dia akan duduk manis didepan pintu dan siap menyambut kami. Pernah suatu hari karena suatu insiden, keluarga aku nggak bisa pulang ke rumah selama 2 hari. Ketika kami pulang, Veggie masih di tempat semula meski hanya ada jatah satu hari makanan!
Sungguh aku begitu kagum dengan cara pikir anjing yang selalu percaya kalau tuannya akan datang. Padahal, setahuku saat beberapa jam saja anjing menunggu, itu sama rasanya dengan beberapa hari kalau manusia menunggu. What an amazing creature!



Veggie main bola basket.


Veggie dan aku.


Veggie kedinginan.



Hal yang kedua sudah pasti insting melindunginya. Aku taruhan kalau orang yang mengadopsi anjing merasa lebih aman daripada yang nggak mengadopsi (kecuali yang "mengadopsi" bodyguard yah... Itu lain cerita dan aku nggak mau ikut-ikutan, ah, hehehe). Bahkan buat yang mengadopsi anjing chihuahua sekalipun! Anjing sekecil apapun, kalau merasa ada yang mengancam tuannya, dia pasti akan bereaksi. Minimal menggonggong.


Eris, anjingku yang berwatak sangat penakut (lihat jarum suntik aja nangis, hihihi) pernah menyerang orang nggak dikenal yang ternyata mau maling motor bokapku. Wah, keluargaku sampai heboh. Soalnya kami nggak pernah nyangka kalau anjing pendiam ini suatu hari bakal jadi pahlawan :)

Hal yang ketiga, aku kagum berat sama wataknya yang mau belajar. Meski sudah tua, anjing selalu mau belajar. Tahu kan pepatah yang bilang bahwa nggak pernah ada kata terlambat kalau kita mau ajarin trick baru sama anjing? Ini bukan sekedar pepatah, karena anjing pada dasarnya memang suka belajar. Veggie belajar trick terakhirnya justru beberapa saat sebelum kematiannya. Meski sakit-sakitan, dia tetap suka bermain. Waktu aku ajarin dia cara lepasin selot garasi, she was so excited! Nggak ada yang pernah menyangka kalau beberapa hari setelahnya Veggie pergi untuk selamanya...
Ya, anjing memang always young at heart. Nggak peduli setua apapun, mereka akan tetap semangat belajar. Aku yakin kita semua mau seperti itu, kan?


Dan yang terakhir: Mereka memandang hidup much funner than us!
Dogs smiling with their tails. Berapa kali anjing wagging tail dalam satu hari? Many times, kan? Itu artinya anjing lebih sering bergembira daripada kita. Anjing nggak akan pernah peduli berapa banyak mainan yang dia punya, seberapa lezat masakan kita atau seberapa sering dia pergi keluar kota.
Untuk berbahagia anjing cuma perlu satu tepukan hangat di kepalanya setiap pagi, digaruk perutnya disiang hari dan dipersilakan tidur di tempat hangat di malam hari.
Aku masih belajar untuk seperti itu. Aku ingin seperti mereka yang nggak pernah komplain dan menikmati semua yang diberikan Tuhan tanpa protes. Setiap kali aku lupa untuk tersenyum, aku selalu teringat Eris yang cuma punya 1 mainan karet tapi selalu tampak bahagia :) 



Eris pakai pita.



Nah, gimana, apa sekarang kalian mengerti kenapa aku sangat mengagumi anjing? Yah, aku rasa "jawaban" ku sudah cukup untuk membuat kalian punya alasan untuk mengadopsi anjing. Kalau belum, pikirkan dua hal ini: Kalian akan lebih sehat. Karena anjing selalu jadi alasan baik untuk berjalan-jalan di sore hari. Dan yang terakhir, anjing selalu jadi alasan untuk bersosialisasi di tempat yang paling asing sekalipun. Mau tahu buktinya? Aku rasa kalian harus coba sendiri ;)


Dedicated to: Black, Ted, Bob, Skippy di surga para anjing dan Eris, selamat datang di keluarga kami.



(must see dog movies: Air Bud, Rin Tin Tin, Homeward Bound, Lassie, Hatchiko - Japanese Version)